Air mata kamu hampir jatuh, kalau saja kamu tidak menahannya. Seseorang yang kamu tunggu selama tiga tahun lamanya, sekarang ada didepan matamu. Semua masih sama, termasuk tatapan dinginnya.
Kamu hanya tersenyum melihat kedatangannya, dia membawa koper dan satu ransel yang dia bawa di pundaknya. Dia hanya terdiam menatapmu dari jauh, tatapan yang dingin membuat kamu sadar bahwa kamu bukan siapa-siapanya.
"Masuk nak, capek yaa, ayo masuk" ibumu menyenggol tanganmu, kode agar kamu tidak terus-terusan menatapnya.
Juyeon, pria itu dijodohkan denganmu tiga tahun lalu, tapi dia pergi saat itu juga dengan alasan pekerjaan. Kalian memang belum terikat, kamu menyalahkan dirimu karena terpesona terlalu jauh dengan pria dingin sepertinya.
"Aku keluar sebentar bu..." Kata kamu sambil memegang kenop pintu yang setengah terbuka
"Loh, mau kemana? Ayah udah jemput, kamu temenin juyeon disini" kamu berbalik dan berjalan mendekati ibumu
"Kok gitu, katanya ibu mau nginep disini, kok ayah jemput?" Ibumu memegang bahumu, sambil sesekali menepuknya
"Sunwoo, adekmu itu lohh. Kalau ibu disini terus, dia main terus sama temen-temennya sampai lupa waktu" kamu hanya menghela napas. Ibumu memang selalu mengkhawatirkan sunwoo, padahal dia sudah dewasa.
Rumah ini, dibangun oleh keluarganya juyeon atas kesepakatan bersama dengan keluargamu. Awalnya kamu ingin menolak karena menurutmu membangun rumah sedikit berlebihan, apalagi tanpa sepengetahuan juyeon. Tapi ternyata pria satu itu tidak peduli, asal keluarganya setuju diapun setuju.
"Ayah udah didepan, ibu pergi dulu ya, supnya tinggal dipanasin, ngerti kan sisanya?" Kata ibumu sambil tersenyum, dia orang yang paling senang saat tau juyeon kembali.
"Iya bu, hati-hati dijalan. Tarik kupingnya sunwoo, wakilin akuu" ibumu hanya tertawa
Ketika kamu ke dapur, juyeon sudah selesai mandi. Dia merapihkan barang-barangnya yang ada di kopernya. Sementara kamu menyiapkan makan siang untuknya, tanpa ada sedikitpun interaksi diantara kalian.
Setelah selesai kamu berniat mengambil handphone-mu di nakas dekat televisi, tetapi hanya niat.
"Kamu setuju kalau perjodohan ini dilanjut?" Ucapan pertama yang kamu dengar setelah tiga tahun tidak mendengar suaranya.
"Kalau aku bilang gak setujupun, semuanya akan tetap dilanjut, rumah ini sudah terlanjur dibangun" kamu menatap wajahnya, tanpa menyadarinya.
"Pernikahan tanpa adanya rasa saling sayang bisa dijalani?" Rasanya kata itu mencelos bebas, rasa sukamu tiga tahun ini tidak berarti kalau dia membatalkan semuanya.
"Tiga tahun.." kamu bergumam tanpa sadar "batalkan saja, semua yang palsu tidak akan berjalan dengan mulus. Batalkan sebelum terlambat"
Kamu mengambil handphonemu lalu pergi. Sebelum pergi kamu mengingatkannya untuk makan.
"Dimakan makan siangnya, udah disiapin dimeja. Aku pergi dulu, gak tau pulang atau gak" kamu keluar, pergi menjauh darinya
Entah kenapa hatimu sakit tanpa sebab. Harusnya sejak tiga tahun lalu kamu membatalkan perjodohan ini. Kamu bodoh karena menyukai orang yang tidak menyukaimu.
Setelah berhari-hari sejak awal dia datang, kamu tidak pernah berbicara dengannya. Hanya makan dimeja yang sama dan juga tinggal diatap yang sama.
Hari ini ibunya juyeon datang kerumah. Sebenarnya hari ini kamu ingin pulang kerumahmu, tetapi karena ibunya juyeon datang rencanamu gagal.
"Bahan-bahan didapur habis ya nak? Kalian berdua beli, gimana?" Kamu tersenyum menanggapi pertanyaan ibunya juyeon
"Biar aku saja bu yang beli, ada swalayan dekat sini" katamu, ibunya juyeon mendekatimu
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine Kpop Idol One Shoot
FanfictionStory about you and your favorite idol 🌟 (fanfict) Baca aja dulu siapa tau suka ✧◝(⁰▿⁰)◜✧