Kamu terdiam didepan pintu yang setengah terbuka itu, dengan kardus lumayan besar yang kamu bawa dengan kedua tanganmu. Didepan gudang ini kamu selalu ragu untuk masuk.
Bukan, bukan karena kamu takut setan atau semacamnya, hanya saja bayangan akan sesuatu yang buruk selalu terlintas setiap kamu melewati gudang ini. Ini pertama kalinya kamu akan masuk kedalam sana.
Kamu menghela napas, menyemangati dirimu sendiri. Lalu masuk kedalam dan pintunya tertutup karena tidak sengaja tersenggol tanganmu.
Gudang ini gelap sekali, hanya ada lampu kecil ditengah yang tidak bisa menyinari semua ruangan.
Kamu langsung menaruh kardus yang kamu bawa. Perlahan nafasmu mulai sesak. Kamu langsung berjalan cepat menuju pintu untuk keluar.
Matamu membesar saat pintu tersebut tidak bisa dibuka. Kamu coba beberapa kali tetap tidak bisa. Tubuhmu langsung merosot sambil memegang dadamu yang makin lama makin sesak.
Kamu menekuk lututmu dan memejamkan matamu agar bisa menetralkan nafasmu.
Krekk
Kamu langsung menoleh. Tanpa ragu kamu langsung berjalan mendekat. Kamu terperajat dan reflek membesarkan matamu karena terkejut.
"Kenapa pintunya ditutup?" Itu kata pertama yang kamu dengar darinya.
Kamu berjalan mendekat dengannya. "G–gak sengaja." Ia berdecih. Kamu duduk disebelahnya.
Ia menatapmu dengan tatapan yang sama seperti terakhir kamu bertemu dengannya.
"Ngapain kesini?"
"Naruh barang,"
Ia mungkin sadar, suaramu tidak seperti biasanya. Tatapannya semakin lekat.
"Kenapa?" Kamu reflek menatap matanya begitu ia bertanya. "Nanti pasti ada yang nyariin lo, karena lo gak balik-balik. Pintunya harus dibuka dari luar."
Ah, jadi karena itu pintunya tidak ditutup sempurna tadi. Bodohnya kamu.
Tanpa permisi, ia langsung menaruh kepalanya di pangkuanmu untuk tidur. Kenangan lama kembali terlintas dibenakmu. Persis seperti ini posisinya, hanya bedanya tidak digudang tetapi di taman.
Ia adalah Felix, mantan pacarmu. Kenapa kalian putus? Banyak sekali yang bertanya tentang itu, karena semua orang mengenal Felix, jadi mereka juga tahu siapa yang menjadi pacarnya.
Kamu putus dengannya setelah tahu kamu hanya dijadikan tempat pelampiasan dari mantan pacarnya yang kamu ketahui telah berpacaran selama tiga tahun lamanya. Ia juga pacar yang posesif, selalu memaksamu dengan segala kemauannya dan melarangmu untuk melakukan berbagai hal.
Setelah kamu mengetahui bahwa kamu hanya dijadikan tempat pelampiasan olehnya, kamu sangat marah dan segera minta putus, tetapi ia tidak pernah menyetujuinya. Ya karena semua harus sesuai kehendaknya.
Saat kamu minta putus, sikapnya berbanding terbalik dari sebelum kamu minta putus. Ia jadi sering bersikap manja, sering sekali skinship, dan banyak sikap anehnya yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Seperti sekarang, Felix tidur dipangkuanmu dan memintamu untuk mengusap kepalanya tetapi kamu enggan untuk melakukannya, karena takut membangkitkan kenangan lama.
"Masih sesek gak?" Felix mendongak keatas menatap wajahmu. Kamu menggeleng pelan. "Untung ada gue, coba kalo gak ada."
Menyadari kamu yang diam, Felix kembali menatapmu.
"Y/n? Lo didalem?" Kamu yang mendengar suara itu langsung melihat kearah pintu. Felix langsung bangun dari duduknya begitupun kamu.
"Iya, gue masih didalem," jawabmu
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine Kpop Idol One Shoot
FanfictionStory about you and your favorite idol 🌟 (fanfict) Baca aja dulu siapa tau suka ✧◝(⁰▿⁰)◜✧