Jam berapa nih bacanya?
Vote dulu dong. .
Komentarnya jangan lupa ya!
Kritik saran juga butuh banget^^
Devon turun dari motor sport hitamnya, membuka helm full face nya dan berjalan ke dalam area SMA Cendrawasih. Satu tali tas di rangkul di pundaknya, jaket jeans terbalut di tubuhnya- terdapat jahitan bendera Inggris di bagian punggung, dan sepatu Jordan bewarna campuran; hitam, merah, dan putih, membuat penampilan Devon sangat mencolok di mata para kaum hawa. Semua mata langsung memandangi Devon, begitu dia berjalan melewati setiap kelas dengan wajah datarnya.
Devon menunduk memandang ponselnya dan mengetik sesuatu untuk menghubungi seseorang. Siapa lagi kalau bukan Ana, sahabatnya. Cowok itu menempelkan benda pipih itu ke sebelah telinga kanannya. "Lo dimana?" Devon memutuskan untuk berhenti dari langkahnya, dan menyenderkan punggungnya di depan salah satu kelas.
"Gue lagi otw, bentar lagi sampe."
Devon menarik satu alisnya ke atas. "Naik?"
Terdengar dari seberang sana, Ana berdecak jengkel. "Bacot lo ah, gue lagi nyetir. Bye!"
Tut..
Telfon di putuskan sepihak. Devon menatap layarnya dengan kekehan geli dari bibirnya. Cowok itu menggelengkan kepalanya pelan, maklum dengan kelakuan cewek kasar itu.
Devon menegakkan tubuhnya lagi, menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, bingung harus menunggu Ana datang, atau langsung ke kelasnya sendiri. Setelah tak lama berpikir, Devon mengedikan bahunya. Dia lebih baik ke kelas sendiri, toh kelasnya dan kelas Ana beda. Buat apa juga rela-rela menunggu agar bisa jalan bareng ke kelas.
Devon menaruh ponselnya ke saku jaket jeans nya, dan berjalan lagi sambil membenarkan rangkulan satu tali tasnya yang di rangkul sebelah tangan olehnya. Langkah Devon berhenti saat melihat orang-orang berkerumun di depan mading sekolah, cowok itu menyerngit saat sekilas mendengar nama Ana di sebut.
Tanpa basa-basi lagi, Devon berjalan menghampiri kerumunan tersebut dan menepuk salah satu murid entah siapa dan dari kelas mana. Yang di tepuk pundaknya olehnya, langsung menoleh. "Ada apa?" Devon bertanya.
"Oh. Ini, katanya kak Geo lagi deket sama cewek."
Devon menarik satu alisnya ke atas, merasa penasaran. Apakah yang di maksud 'cewek nya' itu adalah, Ana?
Cowok ber-sepatu Jordan merah itu, menyerobot masuk melewati beberapa orang-orang yang masih berkerumun. "Misi.. misi.." kini Devon sudah ada di paling depan mading. Dirinya tertegun saat melihat foto yang sengaja di cetak dan di tempel di mading entah oleh siapa, intinya di dalam foto tersebut terdapat wajah Ana dan Geo yang posisinya; Geo menggenggam erat tangan Ana dengan jarak yang sangat dekat. Hampir berciuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAPHALIS (End)
RandomIni tentang Anaphalis javanica si cewek kasar. namanya di ambil dari nama latin bunga Edelweis, bunga abadi yang terkenal di kalangan para pendaki gunung. bunganya terlihat anggun dan cantik, bahkan untuk memetiknya saja tak boleh. tapi nama dan si...