Saurnya telat gak tadi?
Bangunnya telat?
Absen dulu dong, pada baca jam berapa nih?
Siap ramein sama komen?
Jangan lupa vote!
****
"Lo gak ke sekolah?" Vina duduk di sebelah Ana yang baru saja bangun tidur di sofa rumah sakit. Masih memakai baju yang kemarin, Ana tak membawa ponsel atau barang-barang lain, uang saja tak bawa, dia hanya membawa skateboard nya.
Ana mengusap wajahnya yang masih pucat, lalu menggeleng pelan. "Gue mau di sini aja, jagain papih."
Vina menatap adiknya cukup lama, lalu tersenyum tipis dan mengangguk. "Biar gue telfon Bi Sutah buat izinin ke wali kelas lo," ucapnya sambil membuka ponselnya. "Kalau perlu, Bi Sutah suruh ke sini aja ya, suruh bawa baju sama makanan buat lo."
Gadis berkaus oversize bewarna putih itu, menggeleng. "Gak usah, nanti gue sendiri aja ke rumah."
"Mau pake baju gue dulu?" Vina mengangkat alisnya, yang di balas gelengan singkat dari Ana.
"Yaudah.. gue mau lanjut kerja dulu." Ucap Vina sambil beranjak, meninggalkan Ana berdua di ruang VIP. Berdua dengan papihnya.
Vina adalah anak pertama dari Pak Wilam dan Bu Hardaya. Umurnya beda lima tahun lebih tua dari adiknya— Ana. Vina seorang dokter di salah satu rumah sakit ternama di kotanya. Dia juga sudah pisah rumah dengan papih dan Ana, karena dirinya sudah bisa membeli apartemen sendiri. Pasalnya, Vina mau pisah rumah karena punya beberapa alasan. diantaranya; pertama, jarak dari apartemen ke rumah sakit sangatlah dekat. Kedua, Vina sering merasa jenuh jika pagi-pagi selalu mendengar Ana yang di marahi oleh papihnya, mau itu karena kelakuannya di sekolah ataupun nilainya yang turun. Ketiga, Vina juga tak mau merepotkan papihnya lagi, karena papihnya selalu saja memberikan uang yang nilainya besar, dia takut Ana jadi salah paham.
Well.. kepribadian Vina dan Ana yang sekarang, sangatlah bertolak belakang. Tapi sifat Ana yang dulu, sangatlah persis dengan kakaknya; mandiri, penyabar, rendah hati, lemah lembut, dan baik hati. Tapi semua sifat itu kandas begitu saja saat insiden kematian almarhumah mamahnya. Ana selalu berpikir, dialah penyebab kematian mamahnya.
Ana beranjak dari duduknya, berjalan menuju ranjang papihnya. dia mulai terisak melihat pria paruh baya yang terbaring tak berdaya dengan mata terpejam, dan selang bantu yang tertempel di bibir sang papih. Ana mengusap tangan Wilam pelan, "Ana minta maaf.."
Gadis itu benar-benar menyesal. Seolah-olah, tak ada lagi kesempatan untuk hidup seperti dulu dengan papihnya.
Ana mencium punggung tangan papihnya, lalu mendongkak saat melihat Devon dari kaca pintu. Ana segera menaruh tangan Wilam di depan dada sang papih, berjalan keluar ruang VIP.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAPHALIS (End)
RandomIni tentang Anaphalis javanica si cewek kasar. namanya di ambil dari nama latin bunga Edelweis, bunga abadi yang terkenal di kalangan para pendaki gunung. bunganya terlihat anggun dan cantik, bahkan untuk memetiknya saja tak boleh. tapi nama dan si...