TERKUNCI

693 76 21
                                    

Bangun!! Bangun!! Wkwkwk

Eh kemarin janjinya besok atau lusa malah kebablasan wkwk maaff

Jangan lupa vote, komen di setiap paragraf nya ya.. Jangan lupa share ke temen kalian juga^^

Happy Reading!!

****














Ana berjalan menuju perpustakaan dengan napas jengah. Jenuh rasanya ikut pelajaran kimia harus sekelas dengan Liora, bikin mood rusak.

Dengan tangan bersedekap Ana berjalan santai, tak peduli dengan orang-orang yang meliriknya dari dalam jendela kelasnya. Langkah kakinya sudah dekat dengan ruang perpustakaan, tapi kaki Ana berhenti begitu saja saat melihat Bu Rosbeti— guru bahasa Jepang masuk ke perpustakaan. "Sial." Ana memundurkan langkahnya, berbalik badan berjalan menuju toilet.

"Tenang aja bang, kita pelajaran pjok. Lagian udah ikut test, jadi bebas." Ucap Fawaz kepada Geo dan Herlan sambil berjalan mengendap-ngendap di lorong sekolah.

"Lo kalau keciduk, gue kagak mau ya di salahin." Balas Geo yang tatapannya masih lurus ke depan.

Eka mendelik. "Lah, yang ajak cabut kan tadi elu, bang. Gimana sih?"

"Ya anjir, lo kayak gak tau cowok aja. Temennya kena masalah mana mau di sangkutin, laki bukan sih, lo?" Komentar Fawaz menoleh kepada Eka yang menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

Geo hanya menggelengkan kepalanya tak peduli, lalu mendadak berhenti dari langkahnya saat melihat Ana berjalan ke arahnya. Fawaz, Eka, dan Herlan ikut berhenti dengan alis yang menaut. "Kenapa, bos?" Tanya Eka kepada Geo.

Mata Geo tajam di depan menunjukkan jarinya ke arah Ana yang sedang berjalan dengan tangan bersedekap dan menunduk menatap jalan. Ketiganya langsung menoleh lalu melebarkan matanya dan menoleh lagi kepada Geo. "Ana, bang?" Gumam Fawaz.

Geo berdecak. "Bukan. Bu Jihan!" Balasnya, menyebutkan nama Jihan, guru cantik bernama guru muda di SMA Cendrawasih, salah satu guru primadona yang di sukai para murid cowok.

Eka yang otaknya lemot dari sperma ber oh riya. "Oh.. Bu Jihan.." Eka memicingkan matanya ke segala arah. "Mana? Gak ada.."

Herlan mendengus jengah, menjitak kepala Eka. "Ya Ana lah anjir, lo gak liat itu gak ada siapa-siapa lagi selain tuh cewek di lorong?" Eka meringis kesakitan.

Fawaz memutar bola matanya maklum kepada kelakuan satu temannya ini, lalu melirik Ana yang sudah semakin dekat. "By the way. Tuh cewek kok kagak di kelas ya? Cabut apa?" Fawaz menatap Geo yang di balas dengan delikan pundak.

Ana mulai dekat, membuat Geo melangkah mendekatinya. Ketiga temannya hanya menatap punggung Geo sambil geleng-geleng Kepala tersenyum miring. "Demen banget usik si Ana." Ujar Herlan.

"Udah jadi hobi dia, deh bang." Tambah Fawaz.

Eka menautkan alisnya. "Lah, emang ada gitu hobi ngusik cewek?"

Herlan dan Fawaz menatap Eka jengah, "BODOAMAT!" Sengak mereka bersamaan. Mendengar suara Herlan dan Fawaz, membuat Ana mengangkat kepalanya dengan wajah dingin.

Lalu menghela napas panjang saat melihat Geo tersenyum menyeringai dengan gaya andalannya— kedua tangan berada di saku celananya. Kalau seperti ini yang ada Ana malah tidak tenang, padahal niat dia ingin bolos pelajaran agar tak jenuh. Ini makin-makin.

Ana memalingkan wajahnya malas, lalu bergeser ke kanan hendak melewati Geo. Tapi Geo bergeser ke kiri mencegat jalan Ana, cewek itu berganti langkah, bergeser ke kiri tapi  Geo malah bergeser ke kanan. Ana mulai jengah, dia berdecak. "Mau lo apa, sih?!"

ANAPHALIS (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang