Hi Hi! Ketemu lagi nih..
Jangan lupa vote, komentar di setiap paragraf nya, dan bila perlu share ceritanyaa ke temen-temen kalian^^
Happy Reading!!
****
Ana keluar dari toilet yang kebetulan berpas-pasan dengan Yuli yang hendak mau masuk ke toilet dan sempat memicingkan matanya sinis.
Dengan tangan bersedekap, Ana melirik sinis Yuli. "Ngapain liatin gue gitu?"
Yuli langsung mengerjab menelan ludah. "Apasih.. "
Ana memutarkan bola matanya berjalan melewati Yuli.
"Kasian banget sih Devon, di php—"
Ana berhenti melangkah dengan wajah datar. "Padahal cowok baik tap— argh!" Belum Yuli selesai berkomentar, Ana berbalik badan menjambak rambut Yuli ke belakang.
"Ngomong lagi cepet!" Iris mata berwarna hitam milik Ana melotot tajam.
Liora baru saja keluar dari toilet sembari mengibaskan dua tangannya ke udara, tapi langkahnya terhenti saat melihat Ana menjambak rambut orang lain. Dengan bibir terbuka sedikit, Liora menutup mulutnya tertegun. Ana benar-benar berubah, tak ada lagi si pendiam, dingin, dan bodoh.
Yuli berdecih di sela pekikan-nya, menatap Ana muak. "Gue bilang, Devon kasian punya sahabat kayak lo— lo udah kasih harapan palsu buat dia, yang lo lakuin ke dia cuman manfaatin dia— ARGH SAKIT!!"
Ana mencengkram rambut coklat kehitaman milik Yuli menariknya ke belakang dengan sekuat tenaganya. "Lo— kalau gak tau apa-apa diem! Apa susahnya, sih gak usah urusin hidup gue, hah?" Cewek berambut bergelombang hitam itu mengangkat dagunya angkuh.
"Lo pantes dapet kesedihan, Ana!"
Ana terkekeh sumbang, "mulai berani ya lo, sama gue? Hah!" Ana mendorong Yuli kasar, sampai tubuh kecil Yuli menabrak tembok.
Bruk!
Ana menatap Yuli tajam, lalu berjalan meninggalkan toilet dengan tangan bersedekap. Sedangkan Liora— dia berteriak histeris dalam diam saat melihat Kepala Yuli terbentur tembok. Liora berlari kecil menghampiri Yuli.
"Lo gak papa?" Tanya Liora prihatin sambil meraih bahu Yuli yang nampak menunduk dengan wajah geram.
Yuli mengangkat kepalanya tersenyum tipis. "G– gue gak papa, thanks udah mau tanya.." Ringisnya pelan.
Liora tersenyum tipis mengangguk singkat, menoleh ke arah lorong yang sudah tak ada Ana di sana. "Keterlaluan banget Ana." Yuli tertegun sekilas, dia tak tahu cewek ini siapa karena sebelumnya dia belum pernah lihat dia di SMA Cendrawasih. Terlebih lagi, dia kenal Ana. Ah wajar sih, Ana memang terkenal.
"Lo— kayaknya gue belum pernah liat lo sebelumnya di SMA ini. Lo anak baru?" Yuli mengangkat dua alisnya.
Liora memainkan bibirnya mengangguk singkat. "Iya, baru kemarin sih.."
Yuli ber oh riya. Anak baru, tapi kenal Ana? Sepopuler itu kah dia?
"Lo kenal sama Ana?"
Liora mengerjab tersenyum tipis lagi. "Iya, gue sekelas sama dia." Liora memicingkan matanya ke seragam Yuli berbagge XII IPS 6, yang jelas-jelas kelasnya jauh dari kelasnya berada. "Lo kayaknya ada masalah sama Ana ya?"
Yuli tertegun sesaat lalu tersenyum sarkas."terbalik deh, yang ada Ana yang punya masalah." Kekehnya sembari membenarkan rambutnya. "Ana sama siapa aja bermasalah, asal lo tau aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAPHALIS (End)
RandomIni tentang Anaphalis javanica si cewek kasar. namanya di ambil dari nama latin bunga Edelweis, bunga abadi yang terkenal di kalangan para pendaki gunung. bunganya terlihat anggun dan cantik, bahkan untuk memetiknya saja tak boleh. tapi nama dan si...