ADA HUBUNGAN

579 71 17
                                    


Geo dan tiga temannya memarkirkan masing-masing motornya di parkiran motor SMA Cendrawasih. Cowok yang terdapat anting di sebelah telinganya itu menyisir rambutnya ke belakang saat baru saja melepas helmnya.

Geo menatap dirinya di kaca spion dengan senyum lebar. "Ganteng amat calon pacar Ana." Gumamnya.

"Geo, buruan bangke!" Tau-tau Herlan dan dua macan sudah ada di pinggir kelas orang. senyum Geo langsung pudar, dia berdecak dan turun dari motornya.

Di sepanjang lorong, semua mata menatap Geo dan tiga temannya yang berjalan dengan sok keren. Kalau di film film, mereka anggap kalau jalan ada anginnya. Jadi tambah keren.

Tapi tidak seperti biasanya orang-orang malah menatap Eka daripada Geo.

Eka yang merasa di jadikan perhatian para cewek-cewek di pinggir koridor jadi kepedean sendiri, sambil mengigit bibir bawahnya perlahan. Agar di puji sebagai cowok tampan plus sexy.

Semua cewek yang melihatnya langsung mendelik jijik sambil senyum-senyum.

"Itu kenapa dah malah liatin si Eka?" Ujar Fawaz bingung sendiri.

Salah satu cowok dari kelas lain menghampiri Eka, menepuk-nepuk pundaknya dengan tawa. "Ka, gue tau warna kolor lo."

Eka mengerjab. "Hah?"

"Ijo motif SpongeBob." Sambungnya, lalu menepuk lagi pundak Eka lalu berjalan meninggalkan mereka berempat.

Eka yang tadinya tersenyum penuh karisma langsung pudar senyumnya melihat punggung laki-laki itu menjauh, lalu menatap ke bawah.

Resleting nya belum di tutup.

Herlan dan Fawaz langsung terbahak melihat Eka langsung menutup resleting nya dengan wajah malu sekali.

Herlan meredakan tawanya, "tadi aja sok keren." Celetuk Herlan membuat Eka kembang kempis.

Fawaz mendelik. "Sok ganteng, geuleh! " Ledeknya dengan logat Sunda.

Eka melirik Fawaz sinis, memutarkan bola matanya. "Da biarin weh kan aku mah emang ganteng!"

Fawaz ikut memutarkan bola matanya, berakting seperti anak kecil yang pernah dia lihat di tik tok. "Gantengan juga aku.."

Eka mengedikan bahunya. "Liat weh, nanti mah aku mau di behell!!" Ketus Eka melotot di depan wajah Fawaz sampai cowok itu mengusap wajahnya.

"Muncrat anjir!"

Herlan dan Geo hanya mengedikan bahunya jijik. "Bukan temen gue sorry." Ucap Herlan sambil menjauh.

Fawaz terkekeh. "Lah, emang lo temen gue?" Herlan langsung melirik Fawaz tajam, membuat cowok itu tertawa malu. "Iya anjirr iyaaa!!" Ucapnya sambil merangkul Herlan.

Geo hanya tersenyum miring memerhatikan para temannya. Langkahnya menjadi lambat saat melihat Ana berjalan menuju kelasnya. Geo melirik tiga temennya lalu pergi meninggalkan ketiganya begitu saja.

Herlan yang sadar langsung meneriakinya. "Woi, mau kemana lo?! "

"Bukan urusan lo!" Sahut Geo yang sudah menjauh.

Herlan hanya mendengus, Fawaz dan Eka langsung terkekeh. "Paling si Ana."

"Yoi, siapa lagi coba kalau bukan dia."






"Ana!" Seru Geo memanggil.

Ana menoleh, membalikan badannya dengan alis terangkat. "Eh, hai." Geo berhenti tepat di hadapan Ana dengan napas jengah, lalu tersenyum.

"Hai."

"Na, istirahat sama gue ya?" Pintanya, dan semoga kali ini berhasil. Tidak ada si pengacau Devon.

ANAPHALIS (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang