BELAJAR BERUBAH

561 61 14
                                    

"Untuk seluruh murid SMA Cendrawasih, mari turun ke lapangan karena sebentar lagi kita akan melakukan kegiatan upacara bendera. Petugas upacara hari ini kelas... XI MIPA 3 ya!!" Pak Anhar—guru kesiswaan berbicara di lapangan memakai mic. Guru tua berkepala botak itu menoleh ke atas, menatap kelas atas yang sangat sulit untuk disuruh cepat turun ke bawah.

"Itu yang di atas cepet ke bawah ya, nanti waktu kita malah kepotong!"

"Heh kamu, Eka! Ngapain malah duduk di situ? Cepet ke sini! Ari meraneh teh nya!"

Eka dan Fawaz langsung berjalan terbirit-birit menuju lapangan, Pak Anhar kalau marahin anak berandalan modelan Eka, Geo dan yang lainnya itu bukan main-main. teriak di depan mic, membuat suasana pagi itu pecah dengan teriakan geram dari guru botak di tengah itu. Dulu pernah Geo dan yang lainnya ketauan coret-coret toilet pria, Geo nya tidak dapat oleh guru, keburu kabur. Yang kena Fawaz dan Eka, sebagai konsekwensinya mereka di suruh minta maaf ke setiap kelas lalu ngaji di tengah lapangan memakai mic.

Kata pak Anhar waktu itu, "ngaji sing banyak! Biar eta setan kaluar kabeh!"

Fawaz dan Eka bertemu Herlan di di tangga. Mereka saling bertos riya, lalu Eka menoleh kesana-kemari mencari sang bos yang tidak nampak. "Lah, bang Geo kemana?"

"Udah duluan dia." Jawab Herlan sambil menuruni anak tangga.

Fawaz mengangkat alisnya. "Duluan? Duluan ke belakang sekolah?"

"Duluan ke lapangan."

"HAH?!"

kaget bukan main. Seorang Geo ikut upacara.

Herlan tersenyum miring. "Kaget ya? Sama kok aku juga." Fawaz dan Eka langsung tersenyum ngakak tak habis pikir.

"Berkat Ana kah?" Tebak Eka.

"Mungkin.."

****

Sedari tadi tangan Geo tidak bisa diam karena tidak nyaman memakai sabuk yang baginya membuat perutnya pengap. Sia-sia dia pinjam sabuk kepada anak PMR yang menjaga di UKS, dia pikir, dia bisa tahan untuk beberapa menit memakai seragam rapih sampai upacara selesai.

Nyatanya lima menit saja tidak tahan.

Pak Tio—guru baru pelajaran bahasa Indonesia kelas X berjalan keliling menatap para murid-muridnya yang sedang upacara dengan mata menyelidik yang sangat teliti.

Matanya tersorot ke arah Geo yang malah menyender ke tubuh temannya, bukannya baris dengan dada tegap. Guru muda itu menghampiri Geo, menepuk kepala anak itu dengan buku.

"Anjing!" Latah Geo, mengusap-usap kepalanya, lalu menoleh ke belakang. "Cari mati lo—"

Pak Tio melotot. "Cari apa hah?"

"Cari.. mat... loh bapak!!" Geo tersenyum paksa.

"Bukannya upacara yang benar!" Pak Tio melirik Geo dari ujung kaki sampai ujung kepala, pakaiannya nampak seperti anak baik-baik yang pintar. Taunya kelakuannya seperti orang hutan yang berkeliaran.

Itulah, jangan lihat orang hanya dari penampilan.

Tapi Pak Tio sedikit menyerngit karena tidak pernah liat Geo sebelumnya. "Kamu anak baru ya?"

"Hah?" Geo cengo, membuat temannya yang di sebelah Geo ikut menoleh.

"Anak baru tapi berlagak!" Umpat pak Tio. "Tapi masa kelas XII ada anak baru?" Ujarnya bicara sendiri, lalu berbalik badan tidak memperdulikan Geo.

ANAPHALIS (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang