Hiii gimana kabar? Yang lagi puasa lancar? Yang nggak, jangan lupa sarapan!
Jangan lupa vote, komen, share ya^^
Mau tau gak yang bikin sedih para author itu apa?
Silent reader:)
Happy Reading!!
*****
Geo berjalan keluar kantin dengan kedua tangan yang di taruh di saku celananya dengan santai. Langkahnya berhenti saat melihat Ana berjalan menuju belakang sekolah-membuatnya penasaran dan mengikuti langkah cewek itu.
Ana duduk di belakang sekolah, mengambil ponselnya dan memasang earphone ke telinganya.
Geo di balik tembok mengintip Ana yang duduk di bangku belakang sambil mendengar lagu memejamkan matanya, melampiaskan semuanya. Geo menunduk menatap sepatu Converse hitamnya, berpikir sesuatu.
Lately, i've been, i've been
losing sleep
Dreaming about the things
That we could bemusik Counting stars beralun di telinga Ana. Cewek itu sesekali menganggukkan kepalanya pelan sambil mendengarkan musiknya bermain.
Tapi raut wajah Ana berubah saat melihat bayangan pria mendekat kepadanya, Ana mendongkak dan menarik satu earphonenya.
"Tumben mak lampir mojok di sini?" Geo mengangkat satu alisnya, tersenyum sarkas.
Ana menghela napas panjang, memutarkan bola matanya malas. Geo mendengus pelan, duduk di sebelah cewek berambut hitam pekat itu membuat Ana mendelik sewot. "Ngapain?" Tanyanya, sambil bergeser menjauh.
Geo melihatkan satu kardus rokok kepada Ana. "Sebat." Balasnya singkat.
Ana menautkan alisnya tak mengerti, lalu memasang lagi satu earphonenya hendak beranjak tapi Geo menahan tangan putih Ana. Ana menoleh dengan garis wajah jutek.
"Jangan pergi." Ucap Geo, melepaskan genggamannya. "Temenin gue di sini."
Ana diam sejenak, lalu mendelik. "Apasih." Cewek itu beranjak dari belakang sekolah meninggalkan Geo sendiri.
Geo terkekeh kecil memandang punggung Ana yang mulai mengecil dan tak terlihat. Ponselnya bergetar membuat Geo memalingkan wajahnya dan merogoh saku celananya.
"Bang"
"Apaan?"
"Ke markas bang, Kak Alif dateng mau ketemu lo."
Geo tertegun, mematikan sambungannya dan memasukan kardus rokoknya lagi ke dalam saku celananya, dan beranjak pergi dari sana.
****
Fawaz mengantungi ponselnya setelah menghubungi Geo, berbalik badan menghadap Kak Alif-alumni SMA Cendrawasih yang sudah berkuliah di universitas Indonesia.
Cowok ber almamater kuning itu memandang Fawaz datar dengan tangan tersedekap. "Gimana?"
"Lagi otw kak."
Pandangan Alif masih datar dan tajam, "emang bocahnya dimana?"
Fawaz menelan ludah. "Dari toilet atau kelasnya kayaknya kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAPHALIS (End)
SonstigesIni tentang Anaphalis javanica si cewek kasar. namanya di ambil dari nama latin bunga Edelweis, bunga abadi yang terkenal di kalangan para pendaki gunung. bunganya terlihat anggun dan cantik, bahkan untuk memetiknya saja tak boleh. tapi nama dan si...