GOOD BYE GEORGE (end)

1.2K 80 22
                                    

Ana berjalan menuju kelasnya, sudah ada Geo berdiri di depan kelas Ana sambil menyenderkan punggungnya. Cowok itu menoleh begitu Ana datang. "Dia ngapain? lo gak di apa apain kan?" Tanya Geo, memegang kedua pundak Ana nampak khawatir.

Ana menggeleng pelan, tersenyum tipis. "Gak, gue gak papa. Semuanya aman, kok." Katanya sambil melepaskan kedua tangan Geo dari pundaknya.

Geo menghela napas lega. "Syukur kalau gitu."

Ana mengangguk, "mau ke kelas sekarang?" Tanyanya dengan dahi menyerngit.

Geo menatap Ana cukup lama, lalu tersenyum miring. "Na, malem gue mau ajak lo jalan. Mau?" Geo mengangkat satu alisnya.

Ana melebarkan matanya tertegun. "Jalan?" Ucapnya masih tidak percaya.

Geo mengangguk, "iya, mau?"

Ana memainkan tali tasnya cukup lama, menunduk. Lalu mengangguk. "Okey.."

Mata Geo berbinar, "serius?" Ana mengangguk lagi, membuat cowok itu berseru heboh.

"Gue jemput malem nanti, pokoknya tempat yang baguss banget.."

Ana mengangkat alisnya. "Oh ya?"

Geo mengangguk mantap, memundurkan langkahnya. "Bye, gue ke kelas!" Pamit cowok itu melambaikan tangannya. Ana tertawa geli, melambaikan tangannya ke arah Geo yang mulai menjauh.

Senyumnya pudar begitu Geo sudah tidak terlihat dari lorong kelasnya. Ana berbalik badan, masuk ke kelas. Sudah ada Vanya yang menyambutnya dengan heboh, memeluk Ana gemas. "My queennnn!! Ana, maafin gue kalau gue belum jadi temen yang baik buat lo.." Ucap Vanya di dalam pelukan Ana.

Ana tersenyum simpul, mengusap rambut sahabatnya. "Iya.. Iya.. Gue maafin."

Vanya melepaskan pelukannya, memanyunkan bibirnya dengan kedua alis hampir menyatu. "Liora itu bener-bener kelainan jiwa ya? Tau gai, harusnya dia dari kemarin udah di keluarin. Tapi dia terus aja masuk sekolah, ya walaupun gak masuk ke kelas." Beo Vanya panjang lebar, lalu melipatkan tangannya. "Tapi katanya, sih dia mau nungguin lo masuk sekolah lagi."

Ana berdecih kecil, lalu mengedikan bahunya. "Yaudahlah, dia juga udah ketemu sama gue tadi."

Vanya ternganga, "gak di apa apain kan? Soalnya tuh cewek gila anjir.. Ketemu gue aja bilang gini coba, 'mana temen lo? Gue mau kasih pelajaran terakhir sama dia, dia harus mati!' gila kan ya?" Crocos Vanya melebarkan matanya tak habis pikir.

Ana melipatkan tangannya di depan dada. Menatap Vanya dengan wajah sok sombong. "Harusnya lo nanyanya sama Liora. Di apain gitu.."

Vanya langsung tersenyum lebar, menyenggol pundak Ana. "Yah.. Wonder woman gue satu ini emang the best sihh.."

Ana terkekeh, lalu berjalan menuju kursinya. Sempat melirik Fatma yang duduk menyendiri sambil menunduk. Waktu Ana di rumah sakit, semuanya minta maaf kepada Ana atas perbuatan mereka dengan di iringi tangis penyesalan.

Semuanya hadir, kecuali Liora.

Ana menghela napas kecil, tidak ingin peduli lagi. Cewek itu duduk di kursinya, menggantung tasnya di pinggir lalu meraba kolong mejanya untuk mengambil buku novelnya.

Tapi dahinya menyerngit saat meraba botol dan kotak. Ana langsung menunduk mengambil dua barang tersebut.

Selamat datang kembali di sekolah beruang..

Susu melon + coklat = beruang gue harus senyum.

Jaga diri lo baik-baik, lo lagi sakit. Gausa habi labrak labrak lagi, Inget! Jangan sok keren lo jadi cewek. Bagus begitu?

ANAPHALIS (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang