Ana hendak masuk ke dalam rumahnya, melihat punggung Bi Sutah yang jalan mendahuluinya membuat cewek itu membasahi bibir bawahnya. "Bi.."
Bi Sutah menoleh dengan wajah tertegun. "Kenapa, non?"
Ana tersenyum tipis. "Makasih ya,"
Bi Sutah menyerngit. "Makasih buat apa, non?"
"Makasih udah mau dateng ke sekolah, terus panggil tukang bengkel waktu pulang tadi."
Entah kenapa hati Bi Sutah merasa lega, setahun lamanya Ana tak pernah lagi bilang terima kasih, tapi sekarang Bi Sutah merasa senang walaupun Ana hanya mengucapkan satu kata itu. Dia yakin, lambat laun sifat Ana pasti balik lagi seperti dulu.
"Iya non, itu juga udah tugas Bibi."
Ana mengangguk singkat, lalu berjalan mendahului Bi Sutah dan membalik badan. "Tolong bikinin Ana sop ayam ya."
"Iya non."
Ana berjalan ke dalam dan langsung naik ke atas-ke kamarnya untuk beranjak mandi.
****
Pagi ini, Geo dan dua temannya berdiri di ambang gerbang sekolah. Entah apa yang mereka lakukan, tapi semua itu kemauan Geo. Cowok itu juga tidak mengerti dengan dirinya, kenapa dia bela-belain berdiri di depan gerbang untuk menunggu Ana.Menunggu Ana?
"Ppsstt!!"
Geo melirik Fawaz datar. "Ana tuh!" Bisiknya sambil menolehkan dagunya ke arah mobil putih.
Geo mengusap hidungnya, dia lupa kalau Ana ke sekolah memakai mobil. Cowok itu menatap Fawaz sinis. "Gue di sini bukan nungguin tuh cewek!"
Fawaz mengangkat alisnya. "Terus?"
Geo yang bingung harus bagaimana, dia juga tidak tahu untuk apa menunggu kedatangan Ana. "Tadinya mau malakin adek kelas." Balasnya datar lalu berbalik badan meninggalkan dua temannya.
Fawaz dan Eka saling menatap tak mengerti, berlari kecil mengejar bosnya. "Gak jadi?"
"Males, ada Bu Ika."
Geo berhenti melangkah saat melihat Ana yang berjalan dari pintu parkiran mobil sambil membenarkan tasnya. Geo melirik dua temannya, "duluan aja, gue ada urusan."
Fawaz dan Eka saling menatap. "Urusan Ana pasti tuh.."
"Yoiii!!"
Geo melemparkan tatapan tajam kepada keduanya. "Gak usah makan duit gue lagi."
"Iya iya.. Buset.." Fawaz dan Eka langsung berbalik badan, berjalan meninggalkan Geo sendirian.
Dengan tangan terkepal di dalam kedua saku celananya, Geo berjalan ke arah cewek itu dengan wajah datar dan dingin. Ana yang melihat Geo berjalan ke arahnya hanya membuang wajah malas.
Geo berhenti di hadapan Ana, menggalang langkah cowok itu. Ana mendadak berhenti dari langkahnya dan mendengus, mendongkak menatap wajah Geo yang lebih tinggi darinya. "Mau lo apa sih? Belum puas sama kemarin?" Tanya Ana lelah.
Kedua alis Geo bertaut. Kemarin? Padahal Geo tak membuat ulah apa-apa kepada cewek itu. "Kemarin?"
Ana menghela napas panjang, memalingkan wajahnya jengah lalu menatap lagi wajah Geo datar. "Gak usah pura-pura amnesia, lo kan yang bikin ban mobil gue kempes?"
Geo menautkan alisnya hampir menyatu. Dia tidak mengerti Ana "Hah?"
Sudah Ana duga, pasti Geo beralasan. Ana menghela napas jengah, menggeser tubuh Geo ke samping dengan kasar. "Minggir!" Ana berjalan mendahului Geo dengan wajah kembang kempis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAPHALIS (End)
RandomIni tentang Anaphalis javanica si cewek kasar. namanya di ambil dari nama latin bunga Edelweis, bunga abadi yang terkenal di kalangan para pendaki gunung. bunganya terlihat anggun dan cantik, bahkan untuk memetiknya saja tak boleh. tapi nama dan si...