JALAN-JALAN

539 60 12
                                    


Geo masih duduk di bangku panjang itu saat jam pulang sekolah lalu membuka ponselnya memanggil para temannya untuk memberinya minuman.

Eko ganteng

George : ambilin minuman buat gua, di lapangan

Herlan : sorry tapi bentar lagi gua latihan futsal, Eka juga.

George : fawaz?

Fawaz : maap bang, gua kerkom
Read 2

Geo berdecak. "Sial, mana duit gue tinggal dikit lagi!" Tau kan Geo semiskin apa? Buat beli sebotol minuman saja harus pikir-pikir dulu.
Cowok itu berpikir sejenak, lalu senyumnya mengembang perlahan saat baru ingat jika di sekolah ini dia mempunyai orang sedarah daging dengannya.

Geo sudah menggerakkan jarinya untuk menghubungi sang adik, tapi satu tangan putih muncul dengan menggenggam satu botol minuman. Geo mengangkat kepalanya menatap cewek itu cengo.

"Buat lo."

Geo mengangkat alisnya, menerima minuman itu, membuka segelnya dan meneguknya tanpa ba bi bu. Ana berdecih kecil melihatnya, lalu menatap ke depan dengan kosong, duduk di sebelah Geo. "Thanks ya."

Geo berhenti meneguk, cowok itu mengelap bibirnya menoleh menatap cewek di sebelahnya dengan wajah tak mengerti.

Ana menunduk sekilas, "dan maaf juga." Lanjutnya, lalu mendongkak ke kanan menatap Geo yang samanya menatapnya sampai mereka diam beberapa saat karena kedua mata yang saling beradu.

"Ehekm." Geo berdehem pelan, membuka tatapan mereka terputus. "Maaf dan makasih, buat?" Tanyanya, menyerngit.

Ana mendelik. "Maaf atas semua kesalahan gue sama lo, and then.. Makasih buat semuanya."

Geo mengangkat satu alisnya. "Semuanya?"

"Pokoknya makasih aja.."

Geo meneguk lagi minumannya, mengangguk pelan. "Gue juga makasih."

Ana menoleh cepat dengan dahi menyerngit. "Buat?"

Geo mengangkat botol minumannya, "ini." Ana mencibir lalu mengangguk singkat. Membuat Geo terkekeh kecil menatap langit. "Gue gak tau lo juga bisa minta maaf sama makasih."

Ana mencibikkan bibirnya, "gue juga manusia kali."

"Gue juga gak percaya lo bakal bilang dua kata itu sama gue." Ucapnya, menoleh menatap Ana dari samping. "Kenapa?"

Ana diam beberapa detik, lalu menghela napas pelan. "Gue mau rubah hidup gue, jadi yang lebih baik lagi." Entah kenapa bibir Ana dengan entengnya melontarkan kata tersebut kepada Geo—musuh bebuyutannya.

Geo diam di buatnya, dia sudah menduganya. Jika Ana punya banyak masalah di dalam hidupnya.

Ana mendengus lalu beranjak dari duduknya. "Yaudah deh ya, gue duluan." Pamitnya, baru saja Geo ingin mencengangkan tapi terkurungkan, dia memilih diam dan menatap punggung yang menjauh dan mengecil itu.

****

Ana mengambil ponselnya di saku roknya setelah masuk ke toilet untuk mencuci wajahnya, kebiasaan rutinnya setiap pulang sekolah. Ada pesan dari Vanya yang baru saja nonton pacarnya tanding, mendapat info jika tim basket SMA Cendrawasih gagal masuk babak final.

ANAPHALIS (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang