CCTV

564 69 15
                                    

"Yuhuuuu free classs!! Papale palaleee!!" Rafi melepaskan dasinya lalu naik ke mejanya sendiri, dan goyang-goyang sambil memutar-mutarkan dasinya.

Rafi menoleh ke arah Devon yang sedang menonton sesuatu di pojok. Cowok itu tersenyum miring, menghampiri Devon. "HAYOOO!!"

"goblok!" Latah Devon tersentak, karena Rafi membuatnya terkejut.

Rafi tersenyum lebar. "HAYO NONTON APA HAYOOOO??" serunya penasaran. "Nonton itu yaaa? Ahahahah!!" Ucap Rafi tertawa kencang di samping

Devon mendorong wajah Rafi menjauh. Membuat cowok itu tersenyum lebar. "Tuh kan, gue gak boleh liat.."

"Napas lo bau!" Balas Devon emosi.

Memang daritadi Rafi membuat Devon emosi terus, di tambah lagi saat melihat pemandangan buruk dari Ana dan Geo. Hancur sudah moodnya.

Rafi mencibir. "Galak amat buset.."

"Gue lagi nonton NBA, puas lo?" Ucapnya, memperlihatkan layar ponselnya kepada Rafi.

Rafi diam sejenak, lalu tertawa keras. "Ohhhh ya bilang lah anjir, HAHAHAHA!!"

Devon meringis mendengar Rafi yang terus-terusan berisik. Jadi ceritanya itu, tadi Rafi curhat kalau dia habis bilang ke papahnya bahwa dia mendapatkan nilai 91, lalu minta di belikan sepatu basket yang ori. Senangnya bukan main saat di turutin, tahu sendiri jika harga sepatu basket yang ori itu harganya jutaan.

Padahal nilai 91 itu dari pelajaran SBK. Menggambar pemandangan lagi.

Rafi berjalan menjauhi Devon sambil membuka ponselnya. Dia taruh ponselnya ke meja paling belakang, lalu membenarkan rambutnya, apakah sudah kece apa belum.

Kan mau tik tokan.

Tiba-tiba saja Ardi masuk ke kelas, mendobrak pintu kelas. Yang di dalam kelas langsung panik kan, Rafi yang sedang goyang tik tok langsung panik mengambil ponselnya.

"GAWAT, BU NELA NGAJAR!!" teriak Ardi memberitahu.

"ASUUUU UDAH SENENG SENENG FREE CLASS!!"

Semuanya langsung berdecak, termasuk Devon yang sedang senang-senangnya nonton youtube.

Rafi nongol ke keluar jendela, lalu melotot. "EPRIBADEHH!!" cowok itu hendak mengeluarkan kepalanya lagi dari jendela kelas.

Duk!

Kepala Rafi kejedot jendela, membuat cowok itu meringis memegang pelipisnya. "Sakit sekali epribadeh!"

"EPRIBADEHH, ITU BU NELA OTW DARI MOTORNYA TADI. CEPET BERESIN TAII!"

"IH DEMI APA, FI?"

"DEMI ALEKK!!" Rafi melotot histeris sambil mengacungkan dua jarinya. "BURU ANJIR, ITU HEH BUNGA. JANGAN TIKTOKAN MULU ANJRT, MENDING FYP. KAGAK PERNAH JUGA YEE.."

"Minta di cincang, hah?!"

"Bercanda.." Rafi cengegesan, lalu menoleh ke arah Jio dan beberapa temannya. "JIO ANJIR JANGAN MAIN UNO KALAU GAK NGAJAK!"

Jio melirik Rafi. "Apasih sok asik."

"HAHAHAHAHAH ANJIR NGAKAK RAFII!!" Semuanya langsung menertawakan Rafi.

Bu Nela sudah hampir dekat dengan kelas Devon. Semua anak kelas XI MIPA 3 sudah duduk rapih. Devon hendak menaruh ponselnya di saku celana, tapi ada dering telfon.

Devon menatap layar ponselnya, menyerngit saat melihat nama kontak tersebut lalu mengangkat panggilan itu dengan tenang.

"Ha..l-"

ANAPHALIS (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang