KABAR BURUK

842 86 13
                                    

Gatel pengen up, bentar lagi buka puasa wkwk

Absen dulu coba, pada baca sambil ngapain nih? Rebahan? Duduk?

Jangan lupa vote..

Jangan lupa komentarnya ya^^

****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Vanya membalikan badannya begitu mendengar tawa yang mulai mereda dari segerombolan berandalan SMA Cendrawasih. Kedua alisnya menyatu geram, "OH JADI LO PADA YANG BUAT MOBIL GUE GINI?!"

Ketiga teman Geo langsung tersentak, melebarkan matanya dan melirik Geo tak mengerti. Setahu mereka, mobil merah itu adalah mobil milik Ana. Seperti yang Geo bilang.

"Yo. Ini gimana sih.." lirih Herlan cemas.

Geo masih memandang Vanya dan Ana lurus dari kejauhan. Dia tak peduli dengan cibiran teman-temannya, dia fokus ke raut wajah Ana yang tersenyum miring menyeleneh, seolah-olah bilang 'sukurin lo!'.

Vanya maju beberapa langkah, memandang empat cowok itu dengan perasaan membara, cewek berambut panjang itu menunjukkan telunjuknya tajam ke arah keempatnya. "Bener-bener ya lo!" Cewek cantik berwajah mulus itu, melepaskan sepatu Converse-nya, yang siap dia lemparkan ke arah Geo dkk.

"KAKEL BIADAB LO! TANGGUNG JAWAB GAK!!" pekik Vanya, membuat Ana menahan senyumnya di depan mobil merah milik Vanya.

Herlan, Fawaz, dan Eka sampai berloncat menghindari lemparan sepatu dari Vanya. Tapi Vanya nekat melempar benda apa saja ke arah mereka berempat, bahkan hampir saja dia ingin melemparkan tong sampah, tapi terkurung saat melihat Geo turun tangan dan maju menghampiri Vanya. "Gue tanggung jawab. Tenang aja.."

Ketiga temannya langsung melongo. Tak habis pikir, apakah ini George yang sesungguhnya? Dimana George yang tak peduli dengan kesalahannya, yang tak mudah untuk bertanggung jawab.

Geo langsung menoleh ke belakang, menatap tiga temannya. Ketiganya langsung menghela napas panjang, benar saja. Pasti ujung-ujungnya, Geo minta pertolongan dari mereka bertiga.

****

Geo melipatkan tangannya di depan dada sambil melihat para temannya yang sedang berkerja, mencabut beberapa stiker partai politik yang di tempel di kaca depan mobil Vanya.

"Capek-capek gue minta striker nya ke warga kampung sebelah!" Gerutu Eka, yang sibuk menggaruk-garuk kaca depan mobil Vanya, karena stikernya sudah untuk lepas.

"Heh! Heh! Itu kaca mobil gue rusak dong, kalau di garuk-garuk gitu, gimana sih!" Protes dari samping mobilnya.

Dengan tangan bersedekap, Ana tersenyum miring, menyeringai. "Duh.. lagian, pake salah sasaran. Kocak banget." Geo langsung melemparkan tatapan sinis kepada cewek tersebut.

ANAPHALIS (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang