DIMULAI

567 56 2
                                    

Ana berjalan menuju luar gerbang rumahnya sambil menenteng skateboard hitam berstiker beberapa tokoh NBA. Mang Jamal membukakan pintu gerbang untuk anak majikannya dengan senyum lebar di pagi ini. "Non gak pake mobil?" Tanyanya saat melihat Ana membawa skateboard.

Ana menyunggingkan senyum simpul, menggeleng pelan. "Nggak, mang. Ana pake skateboard aja udah lama juga." Mang Jamal terngaga melihat Ana membalas ucapannya, biasanya Ana mengabaikan sapaan mang Jamal lalu pergi begitu saja. "Oh ya mang, nanti mobil Ana sama papih tolong di cuci ya."

"I- iya non, siap!" Mang Jamal mengangkat tangan kanannya, hormat. Ana tersenyum lalu berjalan menuju keluar rumahnya.

Mang Jamal menatap kepergian Ana dengan dahi berlipat-lipat lalu tersenyum lebar. "Kayaknya si non udah berubah lagi kayak dulu."

"Mang Jamal!" Panggilan Bi Sutah membuat mang Jamal membuyarkan lamunannya, lalu menghampiri bi Sutah yang menaruh dua cangkir kopi untuk mang Jamal dan mang Yesa.

"Eh Sutah, kamu tau tidak kalau non Ana—"

"Tau." Cela bi Sutah cepat dengan senyum lebar. "Saya juga seneng banget non Ana bisa ramah kayak dulu lagi." Ujar bi Sutah yang di balas anggukan setuju dari mang Jamal.

Ana menaruh skateboard nya di jalan aspal, hendak menaruh satu kakinya di sana tapi terkurung saat melihat motor sport hijau berhenti tepat di depannya.

"Lo ngapain pagi-pagi kesini?" Tanya Ana agak tak sudi.

Devon membuka kaca helm full facenya, "ya jemput lo ke sekolah lah." Jawabnya di balik helm full facenya.

Ana memalingkan wajahnya malas. "lo gak liat tadi gue udah mau berangkat?"

Devon menunduk menatap skateboard milik Ana. Stiker yang dia tempel saat masih kelas 10 masih ada, membuat cowok itu tersenyum di balik helmnya. Lalu mengangkat kepalanya menatap Ana. "Tumben pake skateboard?"

"Suka-suka gue." Balasnya jutek, lalu mulai menaruh satu kakinya di atas papan beroda itu dan mengayunkan kaki kirinya, pergi meninggalkan Devon.

Devon tersenyum tipis menatap punggung Ana yang menjauh dengan papan beroda empat itu, cowok itu menutup kaca helmnya, lalu tancap gas untuk mengejar Ana.

****

Geo menyenderkan punggungnya di pinggir gerbang sekolah, menatap jalanan depan sekolah dengan wajah dingin. Cowok itu menunggu Ana dari tadi, tapi cewek itu masih belum datang. Geo menatap jam di ponselnya, sebenarnya Geo yang datangnya terlalu pagi. Jelas Ana belum datang, cewek itu biasanya datang jam setengah tujuh.

Geo menyipitkan matanya, memperjelas penglihatannya. Tiga cewek turun dari mobil taxi yaitu, Liora, Yuli, dan Fatma. Geo melipat tangannya di depan dada, menatap tiga cewek tersebut dengan mata menyelidik. Dia curiga dengan cewek bernama Liora itu, saat dia berusaha membuat Ana masuk ruang BK dengan cara memasukkan rokok elektrik ke dalam tas milik Ana. Terlihat jelas cewek itu ada masalah dengan Ana.

"Buruan, nanti keburu ada orang!"

"Lo pada ngapain?"

"E- eh kak Geo"

"Kita duluan ya kak!"

Saat itu.. mereka ada di dekat mobil putih milik Ana.


"Mau lo apa sih? Belum puas sama kemarin?"

ANAPHALIS (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang