Lama ga up, abis liburan huhu..
Ana dan Vanya berjalan menuju lapangan gor sambil sesekali membenarkan tali sepatunya. Baru saja keduanya datang beberapa anak kelas memandangnya dengan wajah sinis, apalagi Liora.
Vanya tersenyum aneh. "Ini kenapa ya liatin gue sama Ana gitu banget?"
Liora membenarkan rambutnya, menoleh kepada Pak Deon—guru olahraga kelas XI, yang berjalan ke arahnya. "Pak, tuh anaknya dateng pak." Ujar Liora, menatap Ana datar.
Ana menyerngit tak mengerti tapi dia memilih untuk diam dengan wajah polos.
Vanya menoleh menatap Ana dan Liora bergantian dengan dahi berlipat-lipat. "Ini kenapa sih anjir?"
"Ssttt.." pak Deon muncul lalu menatap Ana dengan helaan napas kecil. "Ana," Ana mengangkat kepalanya untuk menatap mata pak Deon.
"Bener kamu ngerokok?" Lanjut Pak Deon terang-terangan di depan murid-murid.
Semuanya diam membungkam dibuatnya, menatap Ana dengan tatapan tak biasa. Seolah-olah Ana adalah cewek yang paling hina di kelasnya. Semua murid mendadak menjadi lingkaran menatap Ana dan pak Deon, menunggu kelanjutan kasus baru ini.
Ana berusaha tenang, toh dia tidak merokok. Kenapa dia harus panik hanya karena menjadi pusat perhatian, dan di tuduh karena hal ini. "Saya ngerokok?" Ucap Ana, menunjukkan jarinya ke dirinya sendiri lalu terkekeh pelan. "Ya gak mungkin lah, pak. Sebodoh bodohnya, semales malesnya saya, saya gak berani ngerokok. Bapak tau sendiri kan orang tua saya siapa?"
Pak Deon mengangguk pelan, ucapan Ana ada benarnya juga. Dia juga tidak percaya.
Vanya menatap Pak Deon serius. "Bapak kenapa tanya Ana kayak gitu lagian?"
"Vanya, bapak bicara dengan Ana. Bukan kamu" potong Pak Deon santai, membuat Vanya memutarkan bola matanya malas.
"Liora bilang, tadi dia melihat kamu masukin rokok elektrik ke tasmu sehabis ganti pakaian." Ucap Pak Deon melirik Liora yang mengangguk membenarkan.
"Bener pak, tadi saya liat sendiri kok. Saya juga gak mungkin salah liat, itu jelas banget rokok elektrik." Tegas Liora mantap.
Vanya melemparkan tatapan tajam ke arah cewek tinggi itu, lalu terkekeh sumbang. "Gak usah nuduh, deh.. daritadi Ana sama gue anjir!" Bela Vanya.
Fatma mengangkat alisnya, "kayaknya lo juga liat deh, tapi lo rahasiain. Ups!" Fatma mengatupkan bibirnya, menyindir. Vanya langsung terpancing, sedangkan Ana hanya diam dengan wajah datar.
"Gak usah ngarang ya lo pada!"
"Sudah-sudah! Jangan bertengkar," Pak Deon memisahkan keduanya, lalu menatap Liora. "Liora, katanya kamu punya buktinya. Cepat kasih tau buktinya kalau memang benar, biar masalahnya cepat selesai."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAPHALIS (End)
RandomIni tentang Anaphalis javanica si cewek kasar. namanya di ambil dari nama latin bunga Edelweis, bunga abadi yang terkenal di kalangan para pendaki gunung. bunganya terlihat anggun dan cantik, bahkan untuk memetiknya saja tak boleh. tapi nama dan si...