Hiiii ketemu lagii^^
Siap ramein gak nih? Jangan lupa vote, komen di satiap paragraf nya, dan share ke teman-teman kalian.
Happy Reading!!!
****
"ELO?!"
Geo melirik Ana dari ujung kaki sampai ujung rambutnya dengan sinis. "Lo ngapain di sini?" Tanyanya. "Lo sengaja?"
Ana melotot tak terima. "Heh, yang ada gue yang nanya. Oh.." Ana melipatkan tangannya. "Gue tau, lo sengaja kan jebak gue biar lo bisa berduaan sama gue di sini? NAJIS DASAR MESUM LO!" Ana melemparkan satu buku yang ada di sebelahnya ke kepala Geo.
Geo menghadang buku tersebut lalu menggeleng tak habis pikir. "Jaga ya omongan lo, yang ada lo. Elo kan yang suruh anak buah lo itu buat jebak gue di sini? Terus lo masuk sambil pura-pura gak tau apa-apa. Ngaku aja, gengsi lo ketinggian!"
Ana mendelik. "Sok banget lo mikir kayak gitu, gue sih jijik! Udah lah, gue juga tau. Lo yang modus!"
Geo melotot tak terima. "Apaan sih!"
Ana mendengus malas, berbalik badan mengetuk-ngetuk pintu perpustakaan yang tertutup rapat. "BUKAIN! SIAPA AJA BUKAIN!!"
"WOI BUKAIN!!"
Brak brak
Ana berbalik badan menyenderkan punggungnya di pintu perpustakaan dengan jengah. Geo memalingkan wajahnya dengan kedua tangan di saku celananya. "Percuma, perpus di pojok, gak akan ada yang denger."
Ana mengeraskan rahangnya. "Tuh kan, semua ini pasti settingan lo. Iya kan? Ngaku gak!" Ana melempari semua barang yang ada di sekitarnya kepada cowok tinggi itu, membuat Geo menutup wajahnya dengan kedua lengannya.
"Lo ngomong jangan sembarangan ya, apa untungnya coba gue berduaan sama lo?" Geo mendelik jijik.
Ana menautkan alisnya lalu mengibaskan rambutnya. "Ya, gue tau lo pasti naksir sama gue kan? Gak gini caranya, buang-buang waktu gue tau gak!"
Geo ternganga, menahan tawa lalu terkekeh sumbang. "Najis, pede lo selangit. Elo kali yang naksir sama gue, Pura-pura aja muka lo, dih."
Ana melebarkan matanya dengan rahang mengeras. "Amit-amit, jijik tau gak!" Ana mendengus, menggedor-gedor pintu perpustakaan lagi tapi hasilnya lagi-lagi nihil. Cewek berambut bergelombang itu menyender di pintu, merosot turun ke bawah sampai rambutnya ke atas dengan acak-acakan. Sedangkan Geo hanya menghela napas panjang berbalik badan.
Ana menekuk bibir bawahnya. "Ini semua gara-gara lo tau gak.." Lirihnya getir.
Geo memiringkan kepalanya, berjalan mendekati Ana. Menunduk menatap Ana yang duduk di bawah. "Lo mau nangis?" Kekehnya meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAPHALIS (End)
RandomIni tentang Anaphalis javanica si cewek kasar. namanya di ambil dari nama latin bunga Edelweis, bunga abadi yang terkenal di kalangan para pendaki gunung. bunganya terlihat anggun dan cantik, bahkan untuk memetiknya saja tak boleh. tapi nama dan si...