ANA AND GEO'S TIME

715 73 8
                                    


Ih baru ketemu lagi kitaaa

Jangan lupa vote, komen, share yaaa.. ^^

Happy Reading!!

****









"Jelek nih buku, penulisnya siapa sih?" Ana melihat cover bukunya yang tertulisan inisial 'GD'.

"Gue yang bikin, mau apa lo?" Geo mengangkat dagunya menantang.

Ana menautkan alisnya, memandang cover buku dan Geo bergantian, dia menahan tawa, lalu tertawa lepas. Geo melotot mengerutkan keningnya. "Kenapa ketawa? Ada yang lucu?"

Ana memegangi perutnya tertawa ngakak "Hahahahahha, halu lo!" Melemparkan buku tersebut ke wajah Geo. Cowok tinggi itu tersentak, menerima buku tersebut dengan wajah keruh.

Ana melipatkan tangannya tersenyum miring. "Udah deh, lo cuman mau sok keren doang kan di depan gue, biar gue puji puji? Dih." Deliknya.

"Heh, ini buku emang gue yang buat ya." Geo menunjukan jarinya ke tulisan 'GD'. "Lo liat ini? Gd artinya George Davidto!" Jelasnya membuat Ana mengatupkan bibirnya.

Ana membenarkan rambutnya, menoleh ke arah lain. "O- oh. Ya gue  gak tau." Ucapnya.

"Oh, ya gue gak tau.." Cibir Geo dengan nada meledek, membuat Ana menatap Geo dengan wajah ketus.

"Nyebelin banget sih lo!" Ana melemparkan buku kepada Geo, cowok itu hanya menghadangnya sewot.

Geo membenarkan rambutnya memandang buku tersebut. "Ternyata masih ada di sini, gue kira sekolah bakal buang semua buku Mapala."

Mendengar kata 'pecinta alam' membuat Ana tak tertarik dan malas. "pantesnya di buang." Ketusnya. Geo menatap Ana dengan mata menyipit.

"Terserah lo, cewek gak punya hati!"

Ana mendelik. "Lagian, ngapain coba bikin buku kayak gitu. Bikin buku tuh yang keren tentang sains, fantasi, atau apa kek yang lebih bagus lagi." Cibirnya.

"Bodoamat!"

Ana menatap Geo cukup lama dengan wajah dingin, "ish!" Cewek itu melayangkan lagi buku ke wajah Geo.

"Beresin anjir!"

"Ogah!" Ana berjalan ke pintu, mengetuk-ngetuknya lagi. "Woi siapa aja tolong buka!!"

Geo yang melihat tingkah cewek itu, hanya bisa terkekeh sinis. "Lo punya otak gak? Bisa mikir gak?" Ana berbalik badan dengan wajah geram.

"Maksud lo apa?"

"Telfon temen lo bego!"

Ana terngaga, menutup bibirnya masih syok. "Oh iya.." Lirihnya.

Geo menggeleng pelan. "Bego emang."

Ana melotot. "Kok gue yang bego? Elo lah, udah ada ide gitu bukannya telfon temen lo dari tadi!"

Geo mengangkat alis. "Gue gak bawa hp, kalau ada dari tadi gue udah tinggalin lo!"

Ana mendelik, sambil menunggu telfonya di jawab oleh Anita.

"Halo?"

"Bukain gue cepet. Di perpustakaan."

"Lho, kok—?"

"Pokoknya cepet."

Tut...

Ana memutuskan sambungan dengan napas jengah lalu berbalik badan menatap Geo yang sedang baca-baca buku pendakian. "Sok sok-an baca buku gituan, ngerti nggak."

ANAPHALIS (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang