-Chapter 32-

443 65 8
                                    

"Hey.."

Sekitar 20 menit setelah Yuri membaca artikel itu, Yena sampai di depan bar.

Dia meminta Yuri untuk keluar dan berbicara sebentar dengannya.

Ah bukan, Yuri hanya cukup mendengarkan.

Sayangnya Yuri keluar sangat lama, menyisakan waktu hanya 5 menit sebelum bar mulai beroperasi.

Tetapi Yena lega karena Yuri masih mau melihat dirinya.

"Yuri-"

Yuri ga sanggup menatap Yena.

"Nanti. Nanti ya sir, s-saya harus kerja dulu" tolaknya berusaha terdengar baik, tapi gagal.

Wanita itu terus menundukan kepalanya.

"Iya- iya okay. Kalo begitu, saya tunggu disini ya? Saya janji ga akan usik kamu saat kerja"

Suara Yena terdengar sangat lembut sampai Yuri tak kuasa untuk menoleh dan memandang pria itu. Dan saat matanya memandang wajah Yena, dia kaget.

Sejak kapan Yena terlihat sekacau ini?

Walaupun cuma lampu dari bar yang menyinari wajah Yena, Yuri bisa liat bahwa keadaan pria itu sedang ga baik.

Mata merah dan berkaca-kaca. Rambut yang berantakan. Bibir yang kering dan sedikit pucat. Tatapannya penuh dengan kekhawatiran.

Tapi- tapi dengan keadaan begitu, pria itu tetap memasang senyum khasnya di depan Yuri.

Andai masalah bisa selesai dengan sendirinya, Yena pasti sudah kena hujanan kecupan cinta dari Yuri.

Coba aja ada Pegadaian di Korea, masalah pasti bisa selesai tanpa menimbulkan masalah lainnya.

Yuri tentu ingin bersikap dingin ke Yena, at least sampai dia dapet penjelasan yang gamblang dari pria itu.

Tapi tetap, tetap aja Yuri tak tega.

Tangannya terangkat untuk merapihkan rambut Yena yang berantakan, berusaha agar tidak bertatapan dengan pria itu.

Karena Yuri tau jika dia bertatapan dengan Yena, maka detik itu juga dia akan kehilangan kontrol diri.

"Yuri.." panggil Yena lagi.

Ah ga bisa. Yuri ga kuat kalo Yena panggil dengan suara itu.

"Hm"

Ada sedikit jeda sebelum Yena melanjutkan kalimatnya.

"Kamu tau kan, Kalo saya cuma punya kamu?"

Di saat itulah Yuri berani menatap mata Yena, dan rasanya hati Yuri mau menyerah dan membawa pria itu kepelukannya.

"Uhm, kayaknya bar udah mau buka. Kamu ke dalam gih, saya akan tunggu disini oke?" pesan Yena.

Yuri mengangguk pelan. Sebelum Yuri bisa membuka pintu mobil, Yena menarik pelan tangan Yuri dan membawanya ke dalam pelukan.

"Semangat ya kerjanya, maaf udah buat kamu jadi kepikiran" kata Yena terakhir sebelum membiarkan Yuri keluar dari mobil.

Pria itu hanya bisa memandang punggung Yuri sampai benar-benar menghilang.

Suara Yena bergetar. Dia sangat ketakutan. Takut kalau-kalau Yuri ga mau dengar penjelasannya nanti.

Yena pengen banget jelasin semuanya ke Yuri saat ini juga, tapi keadaan ga mendukung. Yuri harus kerja. Belum lagi kalo nunggu pulang nanti, Yuri pasti kecapean.

Yena tak tega.

Dia ga mau nambah beban pikiran Yuri, ga mau buat Yuri jadi stress, ga mau buat Yuri tambah lelah, tapi juga ga mau Yuri salah paham.

Insatiable • YenyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang