🌵 D U A P U L U H D U A🌵

910 200 84
                                    

Mohon koreksinya, belum sempet revisi! Happy reading!

"Ini beneran sekolah kita pindah?" Pertanyaan Fandi sejak tadi tidak berubah. Dia juga sangat berisik sehingga membuat Dito kesal.

Dito mendengkus malas, "Lo kalo masih berisik gue tendang!" Pemuda itu merasa geram.

"Santai aja kali, gue heran aja gitu. Kenapa bisa semudah itu pindah sekolah? Pindahnya enggak bayar lagi, enak banget." celetuknya tertawa.

"Alhamdulillah di sini deket banget SMA sebelah, bening-bening siapa tau ada yang nyantol, 'kan?" Irfan bersiul senang.

Dito hanya terdiam tidak ikut menanggapi percakapan teman-temannya. Sejak tadi pemuda itu berusaha fokus menatap buku. Namun, pikirannya selalu memikirkan keadaan sang pacar. Ditambah pemuda itu semakin tidak bisa fokus karena teman-temannya berisik.

"Lo lagi apa, sih?" Tanya Fandi menoleh ke arah teman sebangkunya.

Sedangkan Dito hanya terdiam tanpa mau menjawab.

"HEH!"

"Apa bangsat?! Bisa enggak lo diem, hah? Berisik! Bikin gue gak fokus aja, sialan." Umpatnya kesal menendang kursi Fandi.

"Eh, eh. Santai dong," pekik Fandi.

Alfa dan Irfan yang berada di kursi depan hanya tertawa.

"Tumben lo belajar? Biasanya juga tidur." tanya Alfa.

Dito tidak menjawab pertanyaan itu karena guru sudah masuk, guru tersebut memulai pembelajaran.

Kali ini Dito tidak akan main-main lagi. Dia akan menjadi juara umum membuktikan kepada Gia kalo dia mampu, dan tentunya menagih janji Gia.

Di sisi lain Gia tengah berada di depan rumah Lili. Tadi gadis itu memaksa ingin ikut bersama Gio. Mereka akan menjalankan satu rencana untuk menakut-nakuti Lili.

Gia mengetuk pintu Lili, tidak ada sahutan di sana. Sang empunya rumah pun belum menyambut Gia membuka pintu.

Setelah beberapa menit, pintu terbuka menampakkan Lili dengan wajah lemas dan rambut acak-acakan.

"Halo, Lili, " sapa Gia tersenyum.

Sedangkan wajah Lili terkejut melihat Gia. Kenapa Gia bisa ada di sini mengetahui keberadaannya?

"Boleh Gia masuk?" tanya gadis itu langsung masuk tanpa dipersilakan oleh sang tuan rumah.

Gia duduk di kursi menatap sekeliling rumah Lili. Sepertinya Lili sedang mencuci piring.

"Lili lanjut aja kerjaan Lili, Gia tunggu sampai beres." Sahut gadis itu memainkan ponselnya mengabari Gio.

"Lo mau apa ke sini?" Tanya Lili akhirnya menyuarakan suara.

"Mau silaturahmi aja," balas gadis itu tanpa menoleh.

Sedangkan Lili, dia memilih mencuci piring kembali. Gia merasa sedikit kasihan kepada Lili. Dia justru bimbang harus melakukan apa sekarang. Melanjutkan rencana? Atau membatalkan rencana?

Beberapa menit sudah Lili meninggalkan Gia untuk mencuci piring, perempuan itu duduk di depan Gia.

"Lo masih belum pulang juga? Mau ngapain ke sini? Terus dari mana lo tau gue tinggal di sini?" tanyanya.

Gia tertawa pelan, "Lili ini enggak mau minta maaf dulu sama Gia?"

Lili menatap Gia dengan pandangan jengah. "Lo mending pergi, Kak. Gue lagi gak terima tamu."

Gia tampak tidak mendengarkan ucapan Lili. Matanya menatap sekeliling rumah.

"Lili tau perbuatan Lili udah gak bisa dimaafkan?" Pertanyaan Gia membuat Lili mendengkus.

BETWEEN  US -S2- [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang