[EPS 2] 🌵 T U J U H 🌵

447 99 16
                                    

Setelah dua minggu kerjaan Gia hanya tiduran, kali ini ibu muda itu mulai beraktivitas kembali. Dengan penuh semangat, ia pergi membangunkan sang suami. Untuk beberapa bulan ke depan mereka akan menempati kamar di lantai bawah.

Karena tak kunjung mendapat balasan, akhirnya ia membuka selimut sang suami secara paksa. "Mas, bangun. Katanya ada meeting jam tujuh?" tanyanya.

Dito segera bergegas menuju kamar mandi tanpa berbicara. Sejak mengandung, Gia tidak suka jika Dito belum mandi. Banyak kegiatan-kegiatan Dito yang sangat dibatasi, salah satunya Dito tidak diizinkan membeli lego lagi.

Lalu saat di rumah Dito wajib sekali memakai kaos hitam atau putih. Alasannya karena Dito terlihat sangat tampan ketika sedang memakai kaos hitam atau putih sehingga mood Gia akan bertambah.

Setelah Dito bersiap-siap ia mengambil tas kantor dan pergi menuju meja makan. Sudah ada sang istri yang sedang menyusui sang putra. Pria itu mencium pipi Gia dan menyapa anak-anaknya.

"Hari ini aku pengen ke sekolah," celetuk sang istri membuat Dito yang akan duduk di kursi menoleh.

"Mau apa?" 

"Kan janji kalo aku udah sembuh boleh ngajar," ujar Gia memelas.

Dito terdiam beberapa saat, ia merasa belum menyetujui perjanjian itu. Sebenarnya Dito masih  merasa khawatir dengan keadaan sang istri, ia bahkan menambah waktu bed rest Gia menjadi dua minggu. Saat itu, Gia hanya menurut tanpa protes karena tidak mau membuatnya khawatir.

Selama dua minggu ini Gia benar-benar tidak kemana-mana, semua aktivitas dia lakukan di kasur. Bahkan, dia tidak bisa melihat keponakannya yang baru lahir.  Setelah kemarin diperiksa oleh dokter dan dinyatakan kondisi ibu dan bayinya sangat sehat tentu saja Gia kegirangan karena bisa beraktivitas normal kembali.

"Aku juga pengen liat anaknya Abang sama Keysha, masa nggak boleh?" tanyanya.

"Emang udah pulang?" tanya Dito pada akhirnya membuat Gia mengangguk.

Pria itu tidak bersahut kembali, dia sibuk memakan sarapannya. Gia hanya bisa menghela napas bosan menunduk memainkan pipi Shaka dengan jarinya.

Diam-diam Dito melirik sang istri, ia meneguk air dan bangkit mengambil tas kantornya. "Aku kerja dulu. Boleh ke sekolah dari jam 9 sampai jam 11 aja. Boleh ngajar tapi di kelas lantai satu aja, jangan naik tangga dulu, jangan pake heels, pake pakaian yang longgar, dianter jemput sama supir. Aku udah bilang ke Bang Anan, jangan makan makanan sembarangan."

"Inget kamu sekarang nggak hidup sendiri, kalo sampai sakit lagi. Aku marah, ya?" Dito mengelus rambut sang istri. Membuat Gia terisak pelan, emosi Gia memang sangat sensitif, diizinkan oleh Dito saja membuat Gia terharu. 

"Kalo nangis, aku tarik izinnya lagi." Dito bersahut, menyimpan kembali tas kantor kemudian mengambil Shaka yang telah selesai menyusu dari gendongan Gia.

Wanita muda itu segera menghapus air matanya, "Nggak nangis. Mas pulangnya jam berapa?" tanya Gia.

"Diusahain pulang cepet. Pulangnya mau dibeliin apa?" 

"Kalo Mas pulangnya siang beli cincau, tapi kalo siang belum pulang kirim cincau ke rumah."

Dito mengangguk tersenyum, "Iya nanti dibeliin. Oh, iya tapi Shaka jangan dibawa ke sekolah. Shaka di rumah aja sama Bi Tin. Pulangnya langsung pulang, jangan pergi keluyuran, apalagi ngecek kafe. Untuk sementara waktu kafe diurus Tante Luna."

"Udah diminum susunya?" tanya Dito.

Gia menggeleng, "Belum, nanti aja Gia masih mual. Kayaknya rasa vanila nggak cocok, tapi kemarin kerasa enak banget," keluhnya mengelus perut.

BETWEEN  US -S2- [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang