🌵 T I G A P U L U H D U A🌵

963 183 61
                                        

Mohon koreksi, happy reading!

Sejak tadi Gia mundar-mandir tidak jelas karena sibuk mengurus balita tiga tahun yang tidak bisa diam. Anak itu sudah bisa berjalan, dia mengacak-acak semua pekerjaan Gia membuat gadis itu kesusahan.

"Azhar kalo enggak bisa diem, Aunty tinggal, ya?" ujar gadis itu mengancam membuat Azhar diam lalu duduk.

"Ty, Ja nak est," celetuknya. (Aunty Azhar mau Es).

"Ya, udah tunggu bentar. Aunty ambil dulu es krim Asen. Tapi Azhar jangan bilang-bilang Asen, ya? Janji?"

Azhar mengangguk, "Ya, jandi," balasnya bertepuk tangan antusias. (Ya, janji)

Gia kembali dengan menenteng satu kotak es krim. Lalu duduk di depan Azhar. Pasti nanti saat Arsen datang bocah itu akan menghitung jumlah kotak es krim miliknya lalu saat jumlahnya tidak sesuai dia akan mengamuk.

Gia harus membeli es krim pengganti sebelum Arsen pulang.

"Setelah ini Azhar mandi, ya?"

Anak itu mengangguk, menatap es krim yang sedang Gia buka dengan mata berbinar. Setelah memastikan Azhar diam memakan es krim, Gia kembali ke dapur. Mencoba untuk memasak telur ceplok.

Kabar gembira, akhirnya Gia bisa menghidupkan kompor dan memasak hal yang ringan, seperti memasak telur, sosis, nugget, mie dan masak air. Namun, tetap saja terkadang selalu ribut dan sedikit gosong. Setidaknya itu lebih mending dari pada tidak bisa masak sama sekali. Ah, Gia payah sekali jika berurusan dengan masak.

Gia mendengkus saat melihat kekacauan yang ia perbuat, dua telur pecah di lantai karena tangannya licin tadi. Ia mengecilkan api kompor, lalu mencoba untuk membuat dua telur ceplok.

Mata gadis itu berbinar saat dua telur ceplok sudah berhasil dia buat. Gia berdecak bangga lalu memasukan bumbu yang dia tahu. Untung saja, Naya selalu memberi nama di setiap bumbu jadi Gia tidak usah bingung lagi.

Setelah merasa cukup, Gia mematikan kompor. Lalu menyimpan dua telur itu di piring, dan menambahkan beberapa sayuran untuk dia sarapan. Sebelum makan makanannya, Gia membersihkan kekacauan yang ia perbuat lebih dulu.

Untung saja Naya tidak ada di sini. Mungkin Gia akan dimarahi oleh sang ibu karena membuat dapur berantakan.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, Gia segera memakan sarapannya tidak lupa dia menyuapi Azhar dengan bubur. Bocah itu jika tidak disuapi tidak mau makan.

"Ja tenan." (Azhar kenyang). Bocah itu menolak menggeleng membuat Gia menyimpan tempat makan Azhar dan miliknya ke tempat cuci piring.

"Azhar minum susunya. Nanti kita mandi," sahut Gia di angguki Azhar.

Sambil menunggu Azhar selesai minum susu, Gia memilih untuk mencuci piring kotor. Gia merasa sudah menjadi ibu rumah tangga saja.

Enggak apa-apa, Gia. Hitung-hitung latihan. Gia membatin menyemangati diri sendiri.

"Udah? Yuk, let's go mandi!" ujar Gia antusias membuat Azhar ikut antusias. Gia menggandeng Azhar menuju kamar mandi di kamarnya.

"Airnya udah panas belum, ya?" gumam Gia memeriksa air.

"Oke, udah. Azhar enggak pup, 'kan?" tanya Gia.

"Ndak," jawabnya lugu tidak sabar ingin masuk air.

Gia mengangguk lalu melepaskan semua pakaian dan pampers Azhar. Gadis itu segera memasukkan Azhar ke dalam bathup. Bocah itu bergerak ke kesenangan. Gia pun ikut tertawa, dia memberikan bebek-bebek mainan Arsen dan memenuhi isi bathup dengan mainan untuk menemani Azhar mandi.

BETWEEN  US -S2- [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang