🌵 T I G A P U L U H S A T U 🌵

840 188 37
                                    

Mohon koreksi, happy reading! Budidayakan vote yuk...

Hari ini adalah hari kelulusan Dito. Pemuda itu dan keluarga pergi ke Singapura. Namun, Gia tidak ikut karena gadis itu sedang melaksanakan PPL di salah satu sekolah menengah atas di Bandung.

Gia sudah memilih cita-citanya menjadi Guru Kimia. Sebenarnya dia bingung saat itu, tetapi karena diyakini oleh sang mama akhirnya dia memutuskan untuk menjadi guru saja.

"Udah kali, enggak apa-apa. Enggak usah murung gitu. Lagian Gia juga baik-baik aja." Sang mama mengelus pundak Dito.

"Gia beneran enggak ke sini? Siapa tau Gia kasih kejutan pura-pura enggak datang, tapi ternyata datang, ini semua cuma pura-pura, 'kan?" tanya Dito seolah mencari-cari Gia. Namun, nihil. Gia benar-benar tidak ada di sini.

"Ini bukan di sinetron, Dito! Udah, ayo! Nanti telat," ajak sang mama.

"Padahal Dito berharap Gia di sini." Pemuda itu masih bergumam penuh harap.

Fani hanya menggeleng mendengar gumaman Dito. "Gia lagi sibuk, kamu harus ngerti."

Dito berdecak malas, "Kapan Dito enggak pernah ngerti Gia? Dito selalu berusaha ngertiin dia. Tapi dia yang selalu enggak pernah ngertiin Dito." Pemuda itu bersahut dengan kesal membuat Fani terdiam tidak berani bersahut lebih jauh.

"Ayo, nama lo udah dipanggil. Jangan ngambek kayak cewek, childish." Ar ikut bersahut menatap Dito tajam, sang adik menatapnya tak kalah tajam.

Ar, Fani dan Aura duduk di kursi yang disediakan sedangkan Dito berjalan menuju podium. Raut wajahnya terlihat datar dan seolah ingin menyudahi acara pidato singkatnya ini.

****

Di sisi lain, Gia tengah berdiri di depan murid didiknya dengan senyuman khasnya. Di sebelahnya ada guru yang mengajar sedang memperkenalkan Gia.

"Perkenalkan temen-temen semua, nama Ibu Algia Narana. Temen-temen semua bisa panggil Ibu, Bu Nara atau Bu Gia. Sebelumnya, tidak masalah ya ibu memanggil kalian semua dengan sebutan temen-temen? Biar makin akrab." Gia memperkenalkan diri dengan humble membuat mereka menyukai Gia. Paras cantik Gia membuat gadis itu mendapatkan banyak godaan dari banyak siswa.

"Mau, dong akrab sama ibu." Suara dari pojok diikuti sorakan riuh yang lain membuat Gia terkekeh pelan. Dia jadi mengingat masa SMA-nya.

"Astaga Ikbal! Ibu udah sering ngomong jangan godain guru terus, heh!" tegur Bu Martha, guru Kimia yang menjadi guru pembimbing Gia.

"Ibu sirik aja, Bu. Ibu mau saya godain juga?" tanya Ikbal membuat Bu Marta memijat kepala pusing.

"Tidak apa-apa, Bu. Saya tidak masalah, selagi tidak kelewatan batas saya memaklumi," ujar Gia menenangkan beliau.

Bu Martha mengangguk, beliau menyuruh Gia dan dua rekan Gia agar duduk di belakang. Maksudnya untuk menunjukkan caranya mengajar lebih dulu. Baru dua jam setelahnya, Bu Martha menyuruh Gia untuk melanjutkan kelas.

"Halo, nama kamu siapa?" tanya Gia ramah kepada siswi yang duduk di belakang sendiri.

"Nama saya, Ayunda, Bu." ujarnya pelan dan gugup. Gia bisa melihat siswi ini beberapa kali membenarkan letak kacamata karena merasa gugup.

"Santai saja, nama kamu cantik. Sama seperti orangnya." Gia bersahut tersenyum membuat Ayunda malu.

Ponsel Gia menyala membuat Gia menatap ponsel. Ternyata foto dari Aura. Gadis itu yang mengirimkan foto Dito di atas podium kepada Gia.

Seulas senyum manis terukir di bibir Gia. Dito terlihat tampan dan bersinar di sana. Gia yakin, Dito kesal karena Gia tidak ikut pergi menemani Dito wisuda.

BETWEEN  US -S2- [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang