🌵 D U A P U L U H T I G A 🌵

974 191 76
                                    

Selamat berbuka puasa, asalnya mau di publish siang tapi takut batal/makruh puasanya. Mohon koreksi, happy reading!

Gia hanya bisa menunduk memainkan baju saat Dito menatapnya dengan pandangan sulit diartikan. Sejak tadi di sekolah gadis itu menghindar dari sang kekasih, alasannya karena menyembunyikan luka yang dia dapatkan. Berangkat bersama Gio, pulang bersama Anan. Bahkan, gadis itu bersembunyi di ruangan Anan dari awal masuk sampai pulang.

Karena tidak bertemu, alhasil Dito menghampiri Gia di rumahnya. Tentu, tanpa mengabari gadis itu lebih dulu.

"Katanya kemarin mau cerita, kok malah ngilang enggak kabari apa-apa?" tanya pemuda itu mendengkus memainkan ponsel. Dia merasa kesal.

"Kok, tadi di sekolah enggak ada, kemana aja? Bolos lagi?" lanjutnya.

Gia menatap Dito, "Gia enggak mau buat fokus Dito buyar. Lagian besok kan Dito ujian." 

Gadis itu seperti mengalihkan pembicaraan.

Dito memegang tangan kanan Gia, "Kata Gio tangan lo luka?" tanya pemuda itu menyingkirkan jaket yang menghalangi tangan Gia.

"Gia enggak apa-apa, Dito. Serius!" sahut gadis itu berusaha menahan tangan Dito. Namun, tidak berhasil karena Dito sudah melihat perban di tangan Gia.

"Kenapa?" tanya Dito mengetes kejujuran Gia. Sebenarnya jauh sebelum Gio memberi tahu, pemuda itu sudah tahu dari Keysha dan Andi, suami Thalia. Namun, Dito tidak tahu jika Gia sampai terluka, dia hanya tahu bahwa Gia dan Gio berhasil menangkap Lili.

"Lili enggak sengaja nge-gores tangan Gia." ungkap gadis itu tidak sepenuhnya berbohong.

"Enggak sengaja?" beo ulang Dito menatapnya datar. Mana mungkin enggak sengaja.

Gia mengangguk, "Lili belum sadar pas ngelakuin ini, makanya Gia bilang enggak sengaja. Please Dito jangan ngomelin Gia, ya? Gia udah diomeli Gio, Papa sama Mama. Dito jangan ikut-ikutan. Gia udah dihukum sama Papa, kok. Gia enggak boleh main keluar, jadi Dito jangan marahi Gia lagi, ya?" sahut gadis itu dengan memelas memegang tangan Dito.

"Harus gue tambah omelannya biar makin lengkap," papar pemuda itu berdecak malas.

"Ish, jangan dong!" keluh gadis itu.

"GIA, MAIN YUK!" seru El dan Mamat terdengar di telinga keduanya.

Tampaklah ketiga pemuda dengan pakaian santai berjalan mendekati Gia.

"Loh, lagi pacaran ternyata. Ya, udah kita tinggal, deh. Kita duluan, ya. Mau liat baby barunya Gio," cengir El mendadahi Gia.

Ketiga pemuda itu pergi melenggang dari sana menjauhi Gia dan Dito.

"EL, GIA MAU IKU .... "

"Lo enggak liat gue ada di sini? Ck, percuma aja dong gue ke sini." sahut Dito kesal. Pemuda itu bangkit dari duduk.

"Ya, udah. Lakuin aja hal apa pun, terserah. Gue enggak akan ikut campur, gue peduli pun kayaknya enggak berguna banget, ya? Gue pulang." Pemuda itu pamit tanpa menatap Gia.

Gadis itu menatap punggung Dito lesu, gadis itu bergumam pelan. Salah Gia emang.

Seharusnya Gia mengabari Dito semalam, minimal mengabari saja. Ini malah menghilang. Setelah makan di luar bersama keluarga, gadis itu tertidur pulas, kekenyangan. Dia juga tidak membawa ponsel karena lupa.

Gia tidak menahan Dito, dia membiarkan pemuda itu pergi.

"Mending, enggak usah ganggu Dito dulu. Dito harus fokus ujian, Gia enggak boleh ganggu." sahut gadis itu berbicara sendiri.

BETWEEN  US -S2- [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang