🌵 D U A P U L U H T U J U H🌵

965 189 165
                                        

Sudah berbulan-bulan Dito menunggu Gia bangun dari tidur panjangnya. Pemuda itu tidak henti-henti menunggu gadisnya.

Sejak tadi Dito terus mengajak Gia bicara. Tidak ada sahutan sama sekali. Katanya meskipun koma, Gia masih bisa tetap mendengar. Makanya Dito selalu mengajak gadis itu berbicara.

"Kapan kamu bangun? Enggak capek tidur terus?" tanyanya menatap Gia yang masih terbaring lemah.

Mata Gia perlahan terbuka. Ringisan lirih membuat Dito menatap ke arah Gia. Dengan segera pemuda itu memencet tombol memanggil dokter.

Dito menatap Gia dengan pandangan haru. Benar kata Ar. Hatinya milik Gia sepenuhnya, waktu itu jantung Dito berdetak kencang saat bersama orang lain, ternyata bukan untuk orang itu. Tetapi karena Dito terlalu merindukan senyuman Gia.

"Gia...."

Gadis itu tidak bergeming. Dia hanya menatap langit-langit rumah sakit. Seluruh tubuh terasa sangat sakit, tetapi dia mampu menahannya.

Gadis itu merasa linglung dengan dirinya sendiri. Dia melupakan semua. Bahkan dia tidak tahu siapa dia.

"Gia...." Dito menyentuh tangan Gia membuat gadis itu menoleh.

"Gia ada yang sakit? di mana?" tanyanya khawatir.

"Siapa...Gia?" tanya gadis itu bingung.

Mendengar itu Dito terdiam. "Gia, coba liat. Siapa aku?" Pemuda itu sudah mulai khawatir.

Gia menggeleng pelan. Dia tidak ingat. "Aku enggak kenal siapa kamu." Dito merasa dunianya runtuh.

"Nama Papa sama Mama kamu siapa?"

Lagi-lagi Gia menggeleng. Dia benar-benar tidak ingat apa-apa, "Enggak tau," jawabnya.

Gak mungkin! Gia enggak mungkin hilang ingatan, 'kan?

Obrolan mereka terhenti saat mendengar suara pintu terbuka. Di sana ada Naya, Bara, Arsen, Gio dan Keysha.

"Gia? Alhamdulillah kamu udah bangun, Sayang? Mama seneng banget! Ada yang sakit? Di mana?" tanya Naya menangis haru saat melihat sang putri membuka mata.

"Siapa Gia?" Pertanyaan itu lagi-lagi keluar dari mulut Gia dan sukses membuat semua orang terkejut.

"Gia lo lagi ngeprank atau gimana?" tanya Gio menatap ke arah Gia.

"Kamu siapa?" tanya Gia bingung. Kepalanya mendadak sakit karena berusaha untuk mengingat.

Gadis itu berteriak keras membuat mereka sangat panik. Gia benar-benar kesakitan.

Tak lama dokter datang dan Gia segera ditangani olehnya. Mereka menatap Gia dengan tatapan sendu.

Naya dan Bara diminta untuk berbicara dengan dokter. Sedangkan Gio, Keysha, Dito dan Arsen menunggu Gia yang sedang terdiam. Tadi dokter sudah menyuntikan pereda rasa sakit sehingga gadis itu tidak merasa sakit lagi.

Tangan kecil Arsen memegang tangan Gia. Anak itu menatap sendu sang kakak seolah merasakan sakit yang sama dengan apa yang Gia rasakan.

"Kagi, Asen kangen." Anak itu bersahut membuat Gia menoleh.

"Siapa?" tanya Gia lirih, terdengar sekali nada kebingungan dari suaranya.

"Ini Asen, adiknya Kagi," ujar Arsen tersenyum. Gia menatap wajah Arsen bingung. Tetapi wajah Arsen terlihat tidak asing, dia hanya mengangguk percaya.

"Gia itu siapa?" tanya gadis itu lagi.

"Nama lo, nama lo Gia. Algia Narana Vient, lo anak kedua dari tiga bersaudara. Gue...kakak kembar lo, nama gue Algio Navian Vient, nama kita sama, 'kan? Karena kita kembar. Kalo ada hal yang mau lo tau, lo bisa tanya sama gue." Gio mampu menerima keadaan. Dia menjelaskan sedikit demi sedikit.

BETWEEN  US -S2- [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang