[EPS 2] 🌵 S E P U L U H 🌵

624 80 21
                                    

"Selamat pagi, Pak," sapa Tama dengan seorang gadis muda di belakangnya. Dito yang sibuk dengan berkasnya tidak mengetahui jika sekretaris barunya akan bekerja mulai hari ini.

"Langsung cek meja kamu, saya sudah selesaikan sebagian pekerjaan."

"Maaf mengganggu waktu Bapak. Di sini saya membawa sekretaris baru yang dikirim langsung oleh Pak Erden. Berikut bertas data dirinya," Perkataan Tama membuat Dito mengalihkan pandangannya, menerima map yang di serahkan oleh sang sekretaris pribadi.

"Rara Teressa? Kamu lulusan Tsinghua University?" tanya Dito.

"Iya, Pak." Suara yang tampak asing di telinga Dito. Suaranya cenderung halus dan lembut, sepertinya dia tau sopan santun.

Dito terdiam sejenak, mengamati CV Rara tidak menemukan hal aneh. Dia mengangguk sekilas, "Pengalaman kamu banyak, pantes aja Pak Erden kirim kamu. Mulai hari ini kamu bekerja di perusahaan saya, semoga betah. Ruangan kamu ada di depan," ujar Dito menutup map tersebut kemudian menyerahkannya kembali kepada Tama.

Rara mengangguk tersenyum, "Baik, terima kasih pak. Kalo begitu, saya mohon izin, permisi," pamitnya lalu pergi.

Tatapan Dito menelisik gestur bahkan wajah Rara, tidak ada kecurigaan yang patut dicurigai.

"Bahas nanti aja, lanjut kerja." Dito bersahut saat melihat Tama hendak berbicara.

"Oo iya, minggu depan saya cuti, ya. Mau liburan. Kerjaan buat seminggu ke depan bakal saya selesaikan hari ini dan dua hari ke depan. Beritahu sekretaris baru itu juga."

"Kenapa nggak langsung ngomong sendiri aja, Pak?" tanya Tama. Percayalah, hanya Tama yang berani berkata seperti ini kepada sang bos.

"Ck, kalo ada kamu kenapa harus saya? Terus gunanya kamu buat apa?" tanyanya membuat Tama menyesal bertanya.

Tanpa berkata kembali, Tama kembali ke ruangannya. Sedangkan sang bos tertawa kecil menggeleng.

Berbeda dengan keadaan kantor. Di rumah, ibu muda itu tengah bersiap-siap untuk cek kandungan bersama sang mama dan sang papa. Sesuai jadwal, hari ini sang mama dan papa lah yang menemaninya periksa kandungan.

"Key di rumah ditinggal sebentar nggak apa-apa?" tanya Naya.

"Iya, nggak apa-apa. Lagian ada Gio kok, ada Mama Fani juga ke sini." Keysha mengangguk menyenderkan tubuh di sofa.

Gia menoleh kanan kiri, "Mana Abangnya? Katanya ada?" tanyanya.

"Di kamar, lagi tidur. Semalem begadang jagain Idan, baru tidur tadi subuh," balasnya.

"Ya, udah. Tungguin Kak Fani aja bentar lagi." Naya bersahut melihat-lihat ponsel.

"Papa mana sih? Shaka di bawa kemana?" tanya Gia bangkit dari duduknya.

"Paling ke depan, udah jangan jalan-jalan dulu Gi. Duduk aja," ujar Keysha.

Naya menutup ponsel kemudian menatap sang putri siap-siap mengomelinya, "Nggak tau nih Gia! Nggak bisa duduk aja? Kamu jalan-jalan mulu nggak bisa diem, dari kemarin padahal udah Mama kasih tau loh. Duduk sini," ujarnya.

"Mama aja yang marah-marah mulu, bawaannya sewot terus marahin Gia dari kemarin. Gia diem aja di marahin," ujarnya ketus.

Naya menggeleng tanpa menimpali ucapan sang putri. Jika perkataannya di balas, bisa-bisa  Gia menangis kejer tidak berhenti sampai sang menantu datang. Lebih baik Naya membungkam mulutnya saja.

"Ma, ayo. Mobil udah siap." Arsen datang bersama Fani.

"Kirain udah pada berangkat, gih sana entar keburu siang." Fani bersahut menerima uluran tangan Gia, seraya mencium kedua pipi sang menantu dan mengelus perut Gia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BETWEEN  US -S2- [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang