🌵D U A🌵

1.1K 164 71
                                    

Sudah vote belum? Yuk lanjut happy reading!

"Lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Dito membuat semua nya hening.

Dito terlihat bersimpuh kepada seseorang, layaknya tokoh novel yang sering Gia baca. Gia menatap lurus kedepan, raut wajah nya tidak bereaksi apa apa.

Seseorang itu tampak tersenyum bahagia, "MAU!" ujarnya.

Semua orang bersorak riang mendengar itu, sedangkan Gia dia termenung menyaksikan semua nya.

Hancur sudah hati Gia, mengapa dia harus menyaksikan ini? Dito mengungkapkan perasaan nya kepada cewek lain? Yang benar saja!

Gia pergi dari sana, dan Keysha mengejar Gia. Jika saja dari awal Gia menurut ucapan papa nya, jika saja dari awal Gia tidak pernah membantah ucapan Gio dan papa nya. Hati Gia tidak akan sesakit ini.

Namun Gia tidak menangis, dia bahkan seperti Gia biasanya. Seperti yang Gio bilang, ini konsekuensi nya, maka dari itu Gia bisa menerima nya dengan lapang dada.

"Gia" panggil Keysha mengejar nya.

Gia berhenti kemudian menoleh, "Ayo Key, udah ini pelajaran fisika" celetuknya.

Keysha menatap Gia khawatir, kemudian dia mengangguk seolah mengerti. Keysha menggandeng tangan Gia dan Gia membalasnya.

"Gue baik baik aja kok Key, gak usah khawatir" celetuk Gia tersenyum tulus.

Keysha terdiam tidak menjawab nya, Keysha sebagai sahabat Gia saja sakit hati melihat kejadian itu apalagi Gia. Dia yang merasakan nya.

Di kejauhan terlihat Gio dan kawan kawan tengah menatap keduanya. Dalam kondisi seperti ini, Gia bahkan masih bisa menceritakan candaan hingga membuat Keysha ikut tertawa.

Gio mengelus rambut Gia, dan Gia tersenyum kepadanya. "Lo mau apa? Semua nya bakal gue beliin" ujarnya membuat Gia memekik senang.

"Gak perlu nunggu nanti, minta sekarang aja. Nanti gue turutin" lanjut Gio.

"Nanti Gia pikirin dulu, oke?!" tanyanya tertawa pelan membuat mereka terdiam.

"Loh El kenapa? Kok muka nya merah gitu?" tanya Gia menatap El.

El mengalihkan pandangan nya dari Gia, dia sedang marah. Gia melepaskan gandengan nya dari Keysha dan pergi menuju El.

"Gia gak papa, El jangan khawatir oke?" ujarnya tersenyum tulus.

"El jangan marah sama Gia dong, Gia gak suka di cuekkin. El marah sama Gia ya?" tanya Gia sendu.

El menggeleng pelan, "Gue gak marah sama lo" celetuknya.

"Eza marah sama Gia? Dodo? Mamat?"

"Gak ada alasan kita buat marah sama lo" balas Eza membuat Gia tersenyum senang.

Mamat bahkan sudah berkaca kaca, entah mengapa situasi nya sekarang membuatnya ingin menangis.

Mereka seolah merasakan sesak yang Gia rasakan. Mereka tumbuh bersama, dan mereka bisa paham bagaimana perasaan Gia saat ini.

"Ayo pergi ke kelas" ajak Rido mengerti keadaan.

Mereka berjalan beriringan, sampai di depan kelas mereka tampak berpisah disana.

"Gio, Gia punya permintaan. Gia pengen ikut kelas beladiri lagi, boleh gak?" tanya Gia membuat Gio menatap nya.

"Bukan nya kaki lo cedera gara gara itu?" tanya Gio membuat Gia mengangguk tersenyum.

"Iya"

"Terus kenapa pengen ikutan beladiri lagi? Gak kapok?" tanya Gio membuat Gia menggeleng pertanda tidak kapok.

BETWEEN  US -S2- [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang