🌵 D U A P U L U H E M P A T🌵

983 175 57
                                        

Mohon koreksinya🙏 happy reading!

Sudah beberapa hari sejak kematian Kakek Demmy. Semua tampak berjalan seperti biasa. Sepertinya Dito sudah menjadi Dito yang Gia kenal. Pemuda itu benar-benar sibuk dengan ujiannya.

Sudah beberapa hari ini Gia tidak bertemu dengan Dito. Keduanya sama-sama sibuk. Jika Dito sibuk dengan ujian, maka Gia sibuk dengan persiapan olimpiade.

Hari ini adalah hari olimpiade berlangsung. Olimpiade tersebut dilaksanakan di SMA TRISAKTI, kebetulan sekali Zero yang merupakan musuh Dito sekolah di sana. Pemuda itu yang akhir-akhir ini sering mengganggu Gia.

"Jangan mikirin rumus, Kak. Enjoy aja, kalo dipikirin nanti buyar," ujar sang mama mengelus pundak Gia.

Sedangkan gadis itu menoleh, "Gia enggak mikirin rumus, cuma lagi bingung aja."

"Makan dulu, harus isi perut supaya fokus," titah Naya diangguki sang putri.

Kehadiran Bara dan Gio membuat suasana rumah tampak berisik, keduanya sibuk berdebat masalah celana.

Gia menatap kedua orang itu dengan pandangan malas. Papa dan kakaknya ini selalu seperti ini. Seperti anak kecil.

"Papa makanya jangan pake celana Gio! Pake celana sendiri aja, sih. Suka banget pake barang-barang Gio. Punya banyak duit bukannya beli sendiri, kek." Omelan Gio terdengar tepat di telinga Gia. Gadis itu hanya mengerucutkan bibir mengelus telinga yang tampak mendengung.

"Siapa yang pake celana kamu? Papa enggak pake. Ya, kalo celana hilang itu salah kamu sendiri jorok nyimpennya, pake salahin orang segala." Bara tampak tidak mau kalah.

"Nanti Asen kalo gede jangan kayak Papa sama Abang, ya? Berisik," bisik Gia kepada sang adik di sebelah. Sedangkan Arsen tertawa kecil kemudian mengangguk-angguk.

"Ya, terus celana Gio ke mana?" tanya pemuda itu bersungut kesal.

"Ya, mana Papa tau! Makanya kalo simpen barang yang rapi jangan berantakan!" Bara mendengkus kesal.

"Sen mbil, Bang!" Anak itu berbicara membuat dua orang yang sibuk berdebat mengalihkan perhatian, bukan hanya keduanya. Bahkan Gia pun ikut menoleh, terkejut.

Lama-lama adiknya ini bakat sekali jadi tuyul, kemarin lipbalm pink miliknya Arsen ambil lalu dijadikan pensil untuk mencoret tembok. Setelah lipbalm, jepitan Gia. Untuk masalah jepitan, Gia tidak tahu dibawa kemana, tapi sang adik sudah mengaku jika dirinyalah yang mengambil jepitan sang kakak.

Gia menatap Arsen. "Kok Arsen yang ambil?" tanyanya.

"Sian," ungkap anak itu membuat mereka bingung.

Naya kembali membawa makanan lalu menata makanan tersebut di meja makan, "Kemarin ada kakek-kakek terus Arsen liat kakek itu enggak pake celana cuma sarungan doang. Dia inisiatif buat ambil celana Abang yang Mama jemur di halaman, pake kursi. Terus celananya dikasih ke kakek-kakek itu karena kasihan." Naya menjelaskan membuat mereka menatap Arsen dengan pandangan berbeda.

"Asen pinter banget! Adiknya Kagi emang baik hati banget!" Gia berujar dengan antusias bertepuk tangan, hingga membuat Arsen tersenyum malu.

"Pinternya anak Papa, rajin berbagi sejak dini." Bara menimpali membuat Arsen semakin tersenyum lebar.

"Tapi seharusnya, Arsen kasih yang lebih bagus lagi. Lain kali jangan celana Abang, ya? Kasih yang baru aja, minta sama Papa," balas Gio membuat Arsen mengangguk memperlihatkan gigi

"Kamu minta maaf sama Papa, Gio. Udah nuduh sembarangan!" titah Bara membuat Gio menatapnya.

"Iya, maaf. Lagian, kan Papa emang sering pake barang Gio," sahut pemuda itu masih tidak mau mengalah.

BETWEEN  US -S2- [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang