Agatha Rhea D. itulah yang tertera di badge name yang terpasang di dada sebelah kanan seragam sekolah khusus SMA Adinata yang dikenakannya. Jangan tanya kepanjangan dari 'D', karena Gatha tidak suka itu. Ia sekarang sudah siap untuk berangkat ke sekolah dengan rambut yang selalu dikuncir kuda dan tas coklat kesukaannya.
Dengan langkah riang Gatha keluar kamar. Rumah yang sepi sudah tak asing baginya, karena Gatha sudah tahu kalau bundanya pasti sudah berada di rumah seberang dari subuh tadi. Ia langsung keluar rumah dan tak lupa menutup pintu.
Kedua kakinya membawanya juga ke rumah seberang, rumah yang selalu didatanginya setiap pagi. Ia tersenyum kecil, memberikan kesan imut di wajahnya yang polos tanpa polesan apapun. Banyak yang mengira Gatha adalah gadis yang lembut jika melihat dari wajahnya, nyatanya adalah sebaliknya.
"BUNDA, TANTE LIANA, OM ADI, GATHA DATANG NIH," teriak Gatha begitu sampai di meja makan. Semua orang yang berada di meja makan langsung menoleh ke arahnya. Mereka menggelengkan kepala masing-masing, sudah biasa dengan sikap Gatha.
"Salam dulu Gatha!" peringat Mira yang merupakan ibu kandung Gatha. Ia sedang mondar-mandir memindahkan makanan yang sudah dimasaknya ke meja makan.
"Assalamualaikum, semua," salam Gatha menuruti bundanya.
"Wa'alaikumsalam," jawab semua orang yang ada di situ kompak.
Gatha menghampiri bundanya. "Ada yang bisa Gatha bantu, Bund?" tanyanya menawarkan diri. Ia berharap semoga bundanya tidak menyuruhnya membantu memasak, bisa tamat riwayat orang yang memakan masakan Gatha nanti.
"Karena makanan untuk sarapan udah siap semua, jadi enggak ada," jawab Mira.
"Ayo sarapan bareng, Gatha," ajak Liana yang sudah siap dengan pakaian kantornya.
"Iya, ayo duduk sini, Gatha." Adi juga ikut menyuruh Gatha duduk tetapi fokusnya masih pada berkas-berkas yang ada di depannya.
Terkadang Gatha berpikir, tidak bisakah mereka meluangkan waktu yang bahkan tidak sampai berjam-jam untuk sarapan dengan tenang tanpa ditemani dengan berkas-berkas atau ponsel yang harus mereka periksa?
"Iya, Om Adi, Tante Liana. Oh ya, Bara belum bangun? Dari tadi enggak ada keliatan," tanya Gatha kepada orang tua Bara.
Liana menepuk jidatnya. "Tante lupa bangunin Bara," ucapnya.
"Ya udah biar Gatha aja yang bangunin."
"Tapi Bara susah banget lo dibangunin, kamu yakin bisa?" tanya Liana ragu.
"Tante tenang aja, Bara pasti langsung bangun kalau sama Gatha," ucap Gatha percaya diri.
Tanpa ditunjukkan dimana letak kamar Bara, Gatha langsung berlari menaiki tangga. Ia bahkan sudah sangat hafal seluk-beluk rumah yang begitu luas ini.
Gatha langsung masuk begitu saja ke dalam kamar Bara yang memang tidak dikunci.
Ia memandang Bara yang masih tertidur pulas. Bara yang dulunya hanya anak laki-laki cengeng, sekarang telah tumbuh menjadi laki-laki yang kuat dan tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA (END)
Teen FictionDipertemukan sejak bayi dan tumbuh bersama, membuat keduanya sangat dekat dan terikat pertemanan yang sangat erat. *** Karena Bara gue bisa tersenyum juga tertawa karena bahagia. Karena Bara juga gue bisa menangis sedih karena terluka. -Agatha Rhea...