14. Hari yang Sial

79 35 4
                                    

Lima menit lagi gerbang akan ditutup dan Gatha baru saja sampai di SMA Adinata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lima menit lagi gerbang akan ditutup dan Gatha baru saja sampai di SMA Adinata. Dengan setengah berlari ia melewati koridor agar cepat sampai ke kelasnya yang sialnya berada di atas dan itu mengharuskan Gatha untuk menaiki tangga.

Dengan napas yang masih tersengal-sengal Gatha mengetuk pintu, pasti di dalam sudah ada Bu Sarah, karena ini memang jam pelajaran matematika. Dan guru yang satu itu selalu saja masuk kelas tepat waktu.

Pintu terbuka menampilkan Bu Sarah dengan wajah garangnya. Gatha ramal guru ini pasti akan segera memarahinya. Ia harus bisa membujuk Bu Sarah kali ini dengan memasang wajah memelas.

"Bu, si Alan tadi rantainya putus, itu yang bikin saya lama. Jadi kalau Ibu mau marah, marahi si Alan aja." Memang itulah penyebab Gatha terlambat. Saat di tengah jalan, rantai Alan malah putus.

"Siapa itu Alan? Ibu enggak kenal. Dan kenapa dia bisa punya rantai? Kamu jangan alasan Gatha," marah Bu Sarah.

"Astaga, Ibu enggak kenal Alan? Alan itu manissss banget, Bu. Warnanya coklat, dan dia itu kesayangan saya, Bu," ucap Gatha memperkenalkan Alan.

Bu Sarah nampak berpikir akan penjelasan Gatha. "Pacar kamu punya rantai, Gatha?" Pertanyaan itu yang berhasil disimpulkan oleh Bu Sarah sesudah mendengar penjelasan tentang Alan.

Gatha menahan tawanya. Ia harus memasang wajah memelas sekarang, bukannya tertawa ngakak.

"Alan itu sepeda saya, Bu," ucap Gatha akhirnya.

"Kenapa enggak bilang dari tadi? Bikin nambah beban pikiran Ibu aja," marah Bu Sarah lagi.

"Kan, Ibu pintar. Masa gitu aja enggak bisa nebak?"

"Kamu mengejek Ibu, Gatha?"

Gatha panik, mulutnya selalu berbicara jujur dan sesukanya. Bisa bahaya kalau begini jadinya.

"Eh, enggak lah, Bu. Saya itu muji, bukan ngejek. Jadi ... Ibu guruku yang paling cantik, pintar, dan juga baik hati, saya boleh masuk 'kan, Bu?"

Sepertinya Gatha berhasil. Itu terlihat dari wajah guru di depannya ini yang tersipu karena dipuji.

"Kamu kalau ngomong suka benar, Gatha. Ya sudah, kamu boleh masuk kali ini," ucap Bu Sarah dengan senyumnya.

Gatha bersorak dalam hati. Sepertinya ia mengetahui kelemahan Bu Sarah sekarang.

Bu Sarah masuk diikuti oleh Gatha di belakangnya.

"Kumpulkan tugas matematika kamu, Gatha. Yang lain sudah mengumpulkannya tadi," titah Bu Sarah masih dengan nada lembut, tapi tak tahu setelah ini.

Bagai petir yang menyambar, belum sempat Gatha duduk, dan Bu Sarah malah menanyakan pertanyaan yang membuat Gatha kembali kalang kabut. Seingat Gatha, hari ini tidak ada tugas apapun. Apakah ia selupa itu jika tentang matematika?

GARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang