26. Skorsing

67 24 8
                                    

Suara bisikan dan cibiran mengiringi langkah Gatha ke ruang BK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara bisikan dan cibiran mengiringi langkah Gatha ke ruang BK. Ruang yang biasanya Gatha masuki saat ia terlambat saja. Tapi kali ini berbeda. Ia harus memasuki ruangan tersebut tanpa adanya kesalahan.

"Kasar banget jadi cewek!"

"Gue enggak mau deh temenan sama dia. Amit-amit."

"Dasar preman!"

"Semoga dia dikeluarin."

Dan masih banyak cibiran lainnya. Kalau bisa Gatha sangat ingin membungkam mulut mereka satu persatu, tapi ia tidak ingin mencari masalah lagi.

Gatha tidak peduli orang lain menganggapnya bagaimana. Ia juga tidak peduli orang-orang itu tidak mempercayainya. Gatha juga tidak peduli orang-orang menjauhinya atau bahkan mencacinya. Ia sama sekali tidak peduli.

Namun, ada satu hal yang mengganggu Gatha saat ini, sesuatu yang tidak bisa dia hiraukan. Sesuatu yang sangat menyakitinya.

Hanya satu.

Bara tidak mempercayainya. Laki-laki yang sudah mengenalnya selama tujuh belas tahun itu tidak percaya padanya. Rasanya ada sesuatu yang remuk bahkan retak di dalam diri Gatha.

Pikirannya terhadap temannya itu terhenti ketika di hadapannya sekarang adalah ruang BK. Gatha menarik napas sebelum mengetuk pintu coklat tersebut.

"Masuk." Sahutan dari dalam terdengar yang Gatha tahu adalah suara Bu Tina, yang merupakan guru Bahasa Indonesia sekaligus merangkap sebagai guru BK.

Jujur, Gatha tidak takut sama sekali saat ini. Karena memang ia sama sekali tidak melakukan kesalahan. Tapi yang Gatha yakini sekarang adalah guru BK di depannya ini pasti tidak akan mempercayai apapun ucapannya. Wajahnya datar saat menduduki kursi di hadapan Bu Tina.

Bu Tina terlihat berdeham sebentar sebelum memfokuskan pandangannya pada siswi di depannya.

"Jelaskan ke Ibu apa yang sebenarnya terjadi di belakang sekolah?" Bu Tina mulai membuka suara.

Gatha menyenderkan punggungnya di kursi, ia tidak peduli jika Bu Tina menganggapnya tidak sopan.

"Apa gunanya saya menjelaskan panjang lebar jika ujung-ujungnya Ibu akan membela putri dari salah satu donatur sekolah ini?"

Gatha memang sudah lama mengetahui jika Clara merupakan putri salah satu donatur SMA Adinata, yang pastinya bukan orang sembarangan.

Bu Tina tampak terdiam karena pertanyaan Gatha. Gatha tersenyum miring, ia sudah tahu pasti Bu Tina hanya berbasa-basi diawal seolah ia simpati.

"Kenapa kamu yakin begitu?"

Pertanyaan itu hampir membuat Gatha tergelak. Guru ini terlalu banyak basa-basi menurutnya. Padahal Gatha hanya menunggu guru tersebut untuk menyebutkan hukumannya saja.

GARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang