"Gatha," panggil Bara dari luar. Cowok dengan hoodie hitam itu tidak memudarkan senyum lebarnya sama sekali.
Tak lama, pintu berwarna coklat itu terbuka, menampakkan seorang gadis dengan rambut dikuncir kuda dan hoodie berwarna putih.
Bara tambah melebarkan senyumnya melihat itu. "Kok kita kayak couple, ya? Padahal enggak ada janjian. Emang jodoh kali, ya?"
"Apaan sih," tanggap Gatha seraya berbalik badan untuk mengunci pintu, karena Tasya juga sedang pergi, otomatis rumah itu menjadi kosong.
"Ya udah, yuk jalan," ajak Bara antusias.
"Memangnya mau ke mana?" tanya Gatha yang memang tidak diberitahu sebelumnya oleh Bara akan ke mana hari ini.
Enggan untuk menjawab, Bara langsung menggenggam tangan Gatha dan membawanya ke samping Alan–sepeda coklat Gatha.
"Naik Alan?"
Bara mengangguk. Ia segera naik dan disusul Gatha yang juga naik ke boncengannya.
"Pegangan!" titah Bara.
Gatha menepuk punggung cowok itu pelan. "Dasar modus lo!"
Bara hanya terkekeh lalu menarik kedua tangan Gatha ke depan hingga melingkar di pinggangnya.
Sedangkan Gatha, gadis itu berusaha menetralkan detak jantungnya. Setiap di dekat Bara jantungnya seperti habis berlari keliling lapangan SMA Adinata sepuluh kali.
Setelah dirasa aman dan tentunya nyaman, Bara segera mengayuh sepedanya menuju suatu tempat.
"Bara," panggil Gatha dari belakang.
"Hm?" Pandangan Bara masih fokus ke depan.
"Lo beneran suka sama gue?" Entah mengapa, Gatha masih terus ingin menanyakan hal ini. Menurutnya, ini semua terlalu tiba-tiba.
Bara menghentikan kayuhannya dan menurunkan satu kakinya, ia menoleh sedikit ke belakang.
"Lo perlu bukti apa biar yakin hm? Mau gue cium di sini?"
Sontak, Gatha menoyor kepala Bara. "Enggak usah aneh-aneh!" tekannya.
Mengelus belakang kepalanya yang terkena toyoran mendadak dari Gatha, Bara kembali melanjutkan mengayuh sepeda. Ia tersenyum simpul sepanjang perjalanan.
Keduanya terdiam, Gatha menolehkan kepalanya untuk melihat ke sekeliling, sedangkan Bara fokus mengayuh sepeda.
Sampai akhirnya mereka telah sampai di tempat tujuan. Bara segera menghentikan sepedanya.
"Udah sampai," ucap Bara.
Gatha segera turun dari boncengan Bara, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Lah, ini 'kan taman yang biasa kita datangin." Gatha menatap Bara bingung. "Kita ngapain ke sini?"
Bara hanya mengedikkan bahunya singkat, lalu kembali menggenggam tangan Gatha, membawanya menuju bangku taman. Seolah-olah takut gadis itu akan hilang jika tidak digenggamnya. Gatha menurut saja, tidak menolak, karena ia sangat nyaman bersama Bara. Dari dulu, sampai sekarang, dan semoga selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA (END)
Teen FictionDipertemukan sejak bayi dan tumbuh bersama, membuat keduanya sangat dekat dan terikat pertemanan yang sangat erat. *** Karena Bara gue bisa tersenyum juga tertawa karena bahagia. Karena Bara juga gue bisa menangis sedih karena terluka. -Agatha Rhea...