"Gue."
"Gue."
"Gue."
Secara bersamaan mereka mengucapkan itu dengan tiga orang yang berbeda. Semuanya menoleh ke tiga orang itu dengan tatapan tidak percaya.
"Ya, enggak mungkin, lah, kalian bertiga," tukas Clara dan diangguki yang lainnya.
"Kenapa enggak mungkin?" tanya ketiganya yang lagi-lagi sangat kompak. Tiga orang itu tak lain dan tak bukan adalah Bara, Maisha, dan Rico. Pintu kelas yang memang selalu terbuka menjadikan siswa kelas lain bisa mengetahui jika ada keributan di kelas XI IPA 2, termasuk Rico yang kelasnya hanya berada di sebelah kelas Gatha.
Gatha terperangah melihat ketiganya. Gatha tahu niat mereka baik, tapi yang Gatha bingungkan adalah kenapa harus bersamaan mengaku. Itu malah menjadikan pengakuan mereka sangat jelas hanya untuk membela Gatha. Tidak mungkin 'kan, uang sebanyak tiga juta mereka yang mengambil bersama? Masa iya, mereka bagi satu juta, satu juta gitu?
Baik sih baik, tapi kenapa bego-nya ikut juga, ya? batin Gatha.
"Ya, enggak mungkin dong. Buat apa juga kalian ngambil? Kalian bertiga itu dari keluarga terpandang dan pastinya kaya, uang tiga juta enggak ada apa-apanya bagi kalian," terang Clara, "iya 'kan, guys?" sambungnya meminta persetujuan dari yang lain.
Semua mengangguk menyetujui Clara.
"Stop, stop!" seru Gatha.
"Maisha, makasih udah mau belain gue, tapi lo enggak perlu ngelakuin itu, gue enggak mau lo dapat masalah karena ngebela gue," ujar Gatha sembari menatap Maisha.
Gatha beralih ke Rico. "Lo juga, Ric. Enggak perlu ngebela gue."
Kini Gatha menatap Bara. "Dan lo, Bar. Gue enggak mau ngerepotin lo lagi, jadi, biar aja kali ini gue selesein urusan gue sendiri."
"Tapi, Gat--"
"Gue mohon, Bar," potong Gatha, membuat Bara menurut saja, pasrah.
"Gue bakal tanggung jawab," putus Gatha. "Tapi, bukan berarti gue yang ngambil uang itu. Gue cuma menganggap uang itu udah tanggung jawab gue, karena gue memang yang terakhir megang," lanjut Gatha.
"Dasar caper, bilang aja memang lo yang ngambil 'kan?" ujar Clara.
Gatha menatap Clara dengan tajam. Ia heran dengan cewek yang satu ini, sangat suka mencari masalah dengannya. Seakan-akan ia tidak ingin jika hidup Gatha tenang.
"Lo ada masalah apa sih sebenarnya sama gue? Kalau enggak ada bukti, enggak usah nuduh orang sembarangan!" kesal Gatha.
"Gue enggak perlu bukti. Udah keliatan banget orang-orang susah kayak lo itu, suka cari muka dan kesempatan," sinis Clara membuat Gatha rasanya ingin mencakar-cakar wajahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA (END)
Teen FictionDipertemukan sejak bayi dan tumbuh bersama, membuat keduanya sangat dekat dan terikat pertemanan yang sangat erat. *** Karena Bara gue bisa tersenyum juga tertawa karena bahagia. Karena Bara juga gue bisa menangis sedih karena terluka. -Agatha Rhea...