18. Kejutan yang Tak Diinginkan

74 30 0
                                    

"Bar, Bunda, Bar," ucap Gatha bergetar sembari berlari di koridor rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bar, Bunda, Bar," ucap Gatha bergetar sembari berlari di koridor rumah sakit. Di belakangnya ada Rico yang mengikuti. Gatha menghubungi Bara secepat mungkin setelah sampai di rumah sakit.

"Bunda kenapa, Gat?" Terdengar Bara mulai ikut panik di seberang sana karena mendengar suara Gatha yang bergetar hebat.

"Bu-Bunda kecelakaan." Lidahnya sangat kelu untuk mengucapkan itu.

Sambungan terputus dengan Bara yang bilang akan langsung ke rumah sakit.

Gatha melihat Tante Sinta, tetangga yang tadi meneleponnya sedang duduk di depan ruangan Mira, bunda Gatha. Gatha langsung berlari menghampirinya.

"Tante," panggilnya pada wanita paruh baya yang cukup dekat dengan bundanya itu.

Sinta yang melihat kedatangan Gatha langsung berdiri dan membawa Gatha ke dalam pelukannya. Ia tahu gadis ini sangat terpukul sekarang.

"Bunda kenapa, Tan?"

"Bunda kamu mengalami kecelakaan hebat di depan supermarket," papar Sinta sambil masih saja terus menangis.

Gatha terdiam mendengarnya.

Seorang pria berjas putih dengan stetoskop di lehernya keluar dari ruangan Mira.

"Keluarga pasien?"

Gatha melepas pelukannya lalu segera menghampiri dokter tersebut.

"Saya sendiri, Dok. Bunda saya enggak papa 'kan, Dok?"

Dokter tersebut terdiam.

"Jawab, Dokter. Tolong jawab kalau bunda saya enggak papa! Jawab!" bentak Gatha pada dokter tersebut.

"Maaf, kami sudah berusaha semampu kami, tapi Tuhan berkehendak lain. Ibu kamu tidak tertolong," ucap dokter tersebut yang akhirnya bersuara.

Sinta langsung menangis histeris. Sedangkan Rico mematung mendengarnya.

Gatha menyesal bertanya. Karena ia tak ingin mendengar ini. Bukan ini yang ingin didengarnya.

Gatha langsung menerobos masuk ke dalam. Ia ingin memastikannya sendiri.

Kakinya benar-benar lemas saat melihat bundanya yang terbujur kaku di ranjang.

"Bunda ... Gatha ternyata ulang tahun hari ini." Suara Gatha bergetar hebat. Tapi air matanya belum turun setetes pun. Gatha menahannya.

Gatha merasa sesak sekali saat ini. Benar-benar sesak.

Rico meneteskan air matanya ketika mendengar Gatha berkata demikian. Begitu pun dengan Sinta yang semakin menangis hebat. Ia tak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi Gatha sekarang.

"Dan Bunda belum ngucapin selamat ulang tahun ke Gatha."

Tiba-tiba Gatha seperti tersadar akan sesuatu. "Bund, Bunda disuruh teman-teman Gatha, ya, buat ngerjain Gatha?"

GARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang