Rico terus menghubungi Gatha, tetapi operator terus juga yang menjawabnya. Setelah Bara dan Tasya menceritakan semuanya kepadanya tadi, Rico menjadi sangat khawatir dan takut gadis pencinta coklat itu kenapa-kenapa.
Masih duduk di atas motornya dengan gelisah, Rico memandangi layar ponsel dengan kontak bernama 'Agatha' tersebut. Sejuknya angin di saat senja menemani Rico saat ini. Ia berada di taman yang waktu itu pernah ia datangi bersama Gatha. Tempat pertama kali ia melihat seorang Gatha terpuruk dan rapuh.
Rico bisa mengerti Bara sekarang. Karena jika ia diposisi Bara, mungkin akan melakukan hal yang serupa. Keselamatan Gatha adalah nomor satu.
Mengacak-acak rambutnya frustrasi, Rico kembali memutar kunci dan menjalankan motornya beranjak dari sana. Ia harus menemukan gadis itu secepatnya. Rico tahu Gatha sedang berada di tengah-tengah bahaya. Ia tidak akan tahu kapan orang itu akan bertindak.
Sebelumnya Rico telah mengirim chat kepada Bara untuk mencari Gatha. Ia tidak bisa sendiri sekarang, mereka harus bekerja sama untuk menyelesaikan semua masalah ini. Dan jika ada yang harus berkorban, Rico siap untuk maju.
***
Di lain tempat, Bara yang sedang memikirkan kapan waktu yang tepat untuk membongkar semuanya, menjadi teralihkan karena chat dari Rico.
Rico : Gatha enggak bisa dihubungi, kita cari sekarang.
Setelah membaca chat tersebut, Bara segera menghubungi seseorang.
"Gatha di mana!" bentak Bara tepat saat panggilan terhubung. Untungnya di rumah hanya ada dia seorang, jadi tidak ada yang mendengarnya.
Terdengar suara tawa di seberang sana membuat Bara mengepalkan tangannya geram.
"Tenang aja, yang pastinya dia selalu terlihat di mata gue."
Bara segera memutuskan panggilan tersebut dan melempar ponselnya kesal ke sofa. Ia tahu pasti orang itu mempunyai mata-mata, karena tidak mungkin ia bisa mengawasi setiap gerak-gerik mereka sendiri. Dan juga Bara yakin jika orang itu sudah mengetahui jika Rico tahu semuanya. Otomatis membuat ketua tim basket itu juga dalam pengawasan.
"Gatha enggak mungkin aman kalau dalam pengawasan lo!" gumam Bara kesal.
Mengambil ponsel, kunci motor, dan jaket, Bara bergegas keluar. Ia harus melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Gatha sedang baik-baik saja.
Bara melajukan motornya sampai ke kafe Gara. Ia masuk dengan terburu-buru dan matanya tidak menangkap sosok yang sedang dicari.
Andi yang melihat Bara datang segera menghampirinya.
"Kenapa muka lo panik gitu?" tanya Andi pada Bara yang masih menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri seperti mencari seseorang.
"Bang, kalau Gatha ke sini, kasih tau gue!" titah Bara lalu segera pergi dari sana meninggalkan Andi yang kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA (END)
Fiksi RemajaDipertemukan sejak bayi dan tumbuh bersama, membuat keduanya sangat dekat dan terikat pertemanan yang sangat erat. *** Karena Bara gue bisa tersenyum juga tertawa karena bahagia. Karena Bara juga gue bisa menangis sedih karena terluka. -Agatha Rhea...