Kini semuanya telah bubar. Tinggal tersisa Bara dan Gatha sekarang. Bara sangat khawatir melihat Gatha yang nampak kedinginan. Matanya tak sengaja melihat tangan Gatha yang memerah dan melepuh yang Bara duga karena tumpahan mie ayam di kantin tadi. Bara mengumpati Daniel dan ide gilanya saat ini.
Bara langsung mengambil tangan Gatha, memperhatikannya lebih dekat. Ia beralih meniupnya, bermaksud menghilangkan perih yang terasa.
Gatha tahu mereka teman. Dan Gatha juga tahu Bara melakukan ini karena pertemanannya. Tapi tetap saja hatinya selalu berdebar saat Bara seperti ini.
"Gue enggak papa kok, Tega. Tenang aja, udah biasa gue mah," ujar Gatha mencoba melawan rasa gugupnya dan juga menenangkan Bara yang terlihat cemas.
"Enggak papa gimana? Sampai melepuh gini lho, Gat," tukas Bara.
Perhatian kecil seperti ini yang Gatha sangat suka dari Bara. Walaupun itu didasarkan rasa pertemanan, tapi entah mengapa tetap saja membuat Gatha berharap.
"Gue 'kan kuat, Bar."
"Enggak usah sok kuat," ucap Bara sembari mencubit hidung Gatha.
Gatha melepaskan tangan Bara dari hidungnya. "Hidung gue, Bara."
"Biarin. Ya udah, lo tunggu sini, gue mau beliin lo baju dulu."
Gatha menahan Bara yang hendak pergi, membuat Bara menoleh kembali ke arahnya dengan alis terangkat seolah bertanya 'apa?'.
"Gue enggak mau ngerepotin lo," tutur Gatha.
"Lo jangan pernah merasa ngerepotin gue, karena gue enggak pernah ngerasa direpotin. Kita ini udah kayak saudara, Gat, jadi lo santai aja," terang Bara.
Gatha mengangguk, melepaskan tangan Bara dan membiarkannya pergi. Saat ini dirinya tertampar dengan kata 'saudara' yang disebut Bara tadi.
Gatha sebenarnya tahu kalau hubungannya dengan Bara tidak akan bisa keluar dari lingkungan kata teman dan saudara. Tapi tetap saja Gatha tidak bisa untuk melupakan atau bahkan menghilangkan perasaannya yang telah hadir sejak ia kecil. Dan itu artinya sudah bertahun-tahun lamanya Gatha memendamnya sendiri yang lambat laun dikiranya akan menghilang dengan sendirinya, tapi ternyata malah tumbuh semakin besar.
***
Gatha memasuki kelas XI IPA 2. Ia sudah berganti seragam sekarang. Gatha menuju bangkunya untuk duduk. Suasana kelas begitu sepi saat ini, hanya ada Gatha seorang, mungkin karena masih jam istirahat.
Sebenarnya Gatha disuruh ke kantin, karena mereka sedang mengadakan pesta untuknya di kantin, tapi Gatha sangat malas dan lebih memilih untuk ke kelas saja.
Sebuah kertas yang berada di meja Gatha mengambil perhatiannya. Gatha mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan seseorang yang siapa tahu adalah pemilik kertas ini. Tapi nihil, kelasnya benar-benar kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA (END)
Teen FictionDipertemukan sejak bayi dan tumbuh bersama, membuat keduanya sangat dekat dan terikat pertemanan yang sangat erat. *** Karena Bara gue bisa tersenyum juga tertawa karena bahagia. Karena Bara juga gue bisa menangis sedih karena terluka. -Agatha Rhea...