Kedua matanya menangkap sosok gadis dengan rambut terurai dan gelombang di ujungnya itu tengah berjalan bersama teman kecilnya.
Gatha menyipitkan matanya kala melihat itu.
Dengan langkah cepat, Gatha bergegas menuju ke arah mereka yang sama sekali tidak menyadari kehadirannya.
Gatha berhenti sejenak sebelum menerobos cepat ke tengah-tengah dua orang itu. Gatha menatap Bara dengan senyuman dan bertingkah seperti tidak ada orang lain lagi di sana.
Clara menggeram kesal. Bahunya tadi disinggung oleh Gatha tidak pelan. Dan yang lebih parahnya ia mengganggu waktunya dengan Bara.
Sedangkan Bara menatap Gatha heran, sampai akhirnya bersuara.
"Kenapa senyum-senyum gitu?" Bara mengecek suhu badan Gatha dengan meletakkan tangan kanannya di dahi gadis dengan kuncir ekor kuda tersebut, tapi tidak merasa panas sama sekali.
"Emang enggak boleh senyum?"
Bara hanya tertawa pelan, memasukkan kedua tangannya di saku celana dan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda untuk ke ruang OSIS.
"Tega, perasaan gue kayak ada yang lagi kepanasan deh di sebelah gue." Gatha mengusap tengkuknya sebentar, berekspresi seolah-olah bergidik ngeri.
Clara menggeram.
Bara hanya menoleh sekilas ke Gatha dan Clara lalu kembali meluruskan pandangannya ke depan. Ia tahu Gatha sedang menyindir Clara.
Langkah ketiganya terhenti saat dua orang laki-laki dan satu perempuan menghampiri mereka.
Daniel dengan cengiran konyolnya, Genta dengan wajah datarnya, dan Maisha dengan wajah kalemnya.
"Bar, OSIS?" Genta bertanya setelah sampai di hadapan Bara.
Untungnya Bara sudah mengenal Genta cukup lama, sehingga bisa mengerti maksud ucapan cowok itu yang sangat hemat akan kata-kata.
"Ini baru mau ke sana," jawab Bara.
Genta mengangguk. "Cepat," ujarnya lagi.
Bara menghela napas sebentar.
Ini sebenarnya yang ketua, gue atau Genta sih? batinnya heran.
"Iyaa." Setelah mengucapkan itu, Bara segera bergegas ke ruang OSIS menyusul Genta yang sudah berjalan lebih dulu.
Daniel, Maisha, Gatha, dan juga Clara hanya memperhatikan punggung keduanya yang mulai menjauh.
Daniel melirik ketiga cewek di depannya dengan jail.
"Kalian ada yang mau dengerin gombalan gue enggak?" tanyanya.
Gatha berdecak malas. "Mau," jawabnya.
Daniel mulai ingin membuka mulutnya tetapi dipotong kembali oleh ucapan Gatha.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA (END)
Teen FictionDipertemukan sejak bayi dan tumbuh bersama, membuat keduanya sangat dekat dan terikat pertemanan yang sangat erat. *** Karena Bara gue bisa tersenyum juga tertawa karena bahagia. Karena Bara juga gue bisa menangis sedih karena terluka. -Agatha Rhea...