36. Masih Peduli?

140 19 22
                                    

"Gat, lo yakin udah sembuh?" tanya Maisha pada Gatha yang sedang memakai sepatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gat, lo yakin udah sembuh?" tanya Maisha pada Gatha yang sedang memakai sepatu. Sebentar lagi mereka akan berangkat ke sekolah.

"Yakin." Gatha menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari sepatunya.

"Maksud gue bukan badan lo, tapi hati lo," sindir Maisha.

Gatha mendengus kesal dan berdiri dari duduknya. "Enggak usah dibahas," jawab Gatha kesal.

Maisha terkekeh pelan. Ia ikut berdiri lalu merangkul Gatha dari belakang dan membawanya keluar. "Iya, iya, ayo berangkat."

***

Baru memasuki koridor utama, bisik-bisik kembali terdengar. Maisha menyenggol lengan Gatha, membuat cewek kuncir kuda itu menoleh dan menaikkan alisnya sebelah.

"Cek ponsel lo deh," suruh Maisha antusias, senyum melengkung di bibirnya.

Gatha yang sedikit penasaran pun segera merogoh sakunya. Bahkan ponselnya saja belum dinyalakannya dari kemarin, Gatha menyalakannya terlebih dahulu.

"Cepat liat, Gat!" desak Maisha tidak sabar. Ia yang gemas melihat Gatha terlalu lama, segera menyodorkan ponselnya ke depan wajah sahabatnya itu.

"Kenapa enggak dari aja tadi sih?" Gatha melirik apa yang terdapat di layar ponsel Maisha. Sebuah video terputar di layar tersebut. Gatha melihat dirinya sendiri juga Clara yang berada di belakang sekolah.

Maisha menarik kembali ponselnya ketika video tersebut sudah berakhir. "Akhirnya, Gat. Kita makan-makan yuk hari ini," ucap Maisha dengan senyum yang tak pernah luntur dari bibirnya. Ia ikut bahagia kebenaran ini akhirnya terungkap.

Tetapi berbeda dengan Gatha. Bahkan tidak ada senyum tercetak di bibirnya, ia hanya memasang wajah datar dan sama sekali tidak bersemangat.

"Lo aja," balas Gatha pelan.

Maisha mengernyit bingung. "Lo enggak seneng? Kok kayak enggak semangat gitu?"

"Gue juga enggak tau, rasanya biasa aja. Enggak ada yang berubah juga 'kan? Walaupun kebenaran ini udah terungkap, tapi mereka masih aja hina gue. Lo enggak denger dari tadi mereka ngomongin gue?" jawab Gatha malas.

Dan ... pertemanan gue tetap aja hancur, sambung Gatha dalam hati.

Maisha terdiam. Benar yang dibilang Gatha, bahkan mereka terang-terangan tidak ingin Gatha tetap sekolah di sini, alasannya cuma gara-gara Gatha adalah anak haram.

"Lo kok udah masuk?"

Sontak, kedua gadis itu menolehkan kepalanya ke sumber suara. Di hadapan mereka muncul dua orang cowok yang biasanya tidak pernah terlihat bersama. Ini adalah sebuah kejadian yang langka.

Maisha memandang mereka heran, sedangkan Gatha segera membuang muka, ia lebih memilih menatap loker yang tepat berada di sebelahnya daripada harus melihat cowok tersebut.

GARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang