33. Penjelasan

86 20 23
                                    

Gatha sampai di lapangan basket

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gatha sampai di lapangan basket. Tidak ada siapapun saat ini di tempat itu. Gadis itu duduk dengan bersender pada tiang ring basket. Menekuk kakinya, lantas menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya.

Hal itu Gatha lakukan agar tidak ada yang dapat melihat air matanya jatuh. Ia tidak suka dilihat menangis apalagi sampai dikasihani. Gatha sangat tidak suka itu. Oleh karena itu, ia sangat mencegah yang namanya menangis. Tetapi, untuk saat ini, ia sangat tidak sanggup mencegahnya.

Sesak.

Butiran bening yang keluar tanpa isakan itu menggambarkannya.

Gatha sangat sulit untuk percaya pada seorang cowok, dikarenakan ayahnya yang pergi meninggalkan bunda Gatha dan dirinya, bahkan sebelum Gatha sempat melihat wajahnya.

Mulai saat itu, Gatha tidak percaya pada cowok, dan selalu bersikap galak agar tidak ada yang berani mendekatinya. Menurutnya, semua ucapan laki-laki hanya bualan semata, tidak bisa sama sekali dipercaya.

Melihat contoh ayahnya, Gatha tahu bahwa laki-laki hanya bisa merusak tanpa mau bertanggung jawab.

Namun, ketika dirinya dekat dengan Bara sejak kecil, muncul pengecualian dalam pandangan Gatha, yaitu Bara. Gatha memang tidak percaya pada semua cowok, kecuali Bara. Ia tidak mau dekat dengan cowok, kecuali Bara.

Menyesal.

Satu kata itu yang sangat tepat.

Gatha menyesal membuat pengecualian itu.

Gatha menyesal percaya pada Bara.

Dan Gatha menyesal telah menaruh hati sepenuhnya pada cowok itu.

Yang pada akhirnya, hati itu hanya akan retak.

Gatha makin tertunduk dalam hingga tidak sadar bahwa ada seorang cowok yang memperhatikannya sedari tadi.

Gatha merasa ada sesuatu yang menyentuh kakinya. Ia mengangkat kepalanya sedikit, dan melihat sebuah bola basket yang mengenai sepatunya.

Mendongakkan kepalanya lebih tinggi, Gatha akhirnya menangkap sosok Rico yang sedang menatapnya lekat.

Sial! Gatha lupa jika air matanya masih setia mengalir di pipinya. Ia pasrah sudah, membiarkan saja Rico melihatnya menangis.

Tidak memedulikan Rico, Gatha kembali menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya.

Sejak tahu berita itu, Rico segera mencari Gatha, tidak menghiraukan bel masuk yang telah berdering sedari tadi. Ia akhirnya menemukan Gatha di sini.

Rasanya hati Rico teriris melihat air mata yang dikeluarkan Gatha tadi. Ia tahu, dibalik sikap galaknya, Gatha tetaplah perempuan yang tidak kuat dengan segala masalah ini. Mungkin jika Rico jadi Gatha, ia juga akan seperti itu.

Rico ikut duduk dengan bersender pada tiang, tepat di sisi belakang Gatha. Ia berdeham singkat.

"Sekarang gue ngerti kenapa lo enggak percaya sama gue."

GARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang