4. Perjanjian

159 64 39
                                    

"Kak Gatha, Ela mau ke sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Gatha, Ela mau ke sana." Gatha melihat arah tunjuk Ela.

"Ela mau main bola sama anak-anak itu," rengek Ela.

Gatha mengelus pelan rambut Ela. "Iya, boleh, tapi harus ingat pesan Kakak. Apa hayo?"

"Harus hati-hati."

"Dan?"

"Kalau ada yang nakal, gigit aja tangannya kayak gini." Ela menggigit tangan Gatha dengan kuat membuat Gatha meringis merasakan sakit di tangannya.

"Ela, enggak usah dipraktekin ke Kakak dong," ujar Gatha sembari mengelus tangannya yang tercetak jelas bekas gigitan Ela di sana.

"Hehe ... maaf, Kak Gatha. Ela ke sana, ya?" ucap Ela sembari tertawa sampai memperlihatkan ompongnya.

"Iya."

"Hahaha, kena sendiri, kan, lo, makanya jangan ngajarin adik gue sembarangan." Bara datang sembari tertawa keras. Ia melihat dan mendengar interaksi antara adiknya dan Gatha tadi. Ditangannya terdapat dua es krim rasa coklat.

Gatha berlalu duduk di bangku taman tidak menghiraukan Bara yang menertawainya. Ia mengawasi Ela dari situ.

Bara ikut duduk di samping Gatha. "Nih."

Melihat es krim yang disodorkan kepadanya, membuat Gatha langsung berbinar dan menerimanya dengan cepat.

"Sama-sama," sindir Bara.

"Makasih, Tega," ucap Gatha dengan suara yang sengaja dilembut-lembutkan.

Bara tertawa pelan mendengarnya.

Sungguh, Gatha sangat suka saat Bara tertawa karenanya. Hal sesederhana ini saja bisa membuat jantung Gatha berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Gat?"

Gatha menoleh ke arah Bara sembari menjilati es krimnya.

"Lo ajarin adik gue main bola?"

"Iya, emang kenapa?"

"Adik gue perempuan kalau lo lupa."

"Sepak bola enggak cuma untuk laki-laki kalau lo lupa juga." balas Gatha tak mau kalah.

"Serah lo deh, Gat," pasrah Bara.

Bara tersenyum kecil melihat cara makan Gatha yang sangat berantakan. Bara yakin Gatha memanglah gadis yang apa adanya, walaupun bukan dengan temannya sendiri pun, pasti gadis itu tetap tidak peduli dan makan dengan sesukanya.

Perlahan Bara mendekati wajah Gatha.

Gatha yang baru sadar jika wajah Bara sangat dekat dengan wajahnya membelalakkan matanya terkejut. Apalagi saat melihat pandangan Bara yang mengarah tepat ke bibirnya.

"Lo mau ngapain?" Gatha menutup kedua matanya.

Sesuatu yang dingin menempel di hidung Gatha. Gatha membuka matanya dan melihat Bara yang menahan tawa.

GARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang