"Pak Bagus!" Gatha berteriak saat melihat guru IPS tersebut baru saja keluar dari mobilnya. Ia teringat bahwa kemarin tugas yang disuruh oleh Pak Bagus untuk dikumpul malah tidak dibawanya. Maka dari itu, mumpung bertemu di sini, sekalian saja Gatha kasih langsung.
Gatha berlari menghampiri Pak Bagus dan membiarkan sepedanya terparkir asal di tengah parkiran karena takut Pak Bagus malah pergi.
"Apa Gatha?" tanya Pak Bagus heran.
"Hosh ... hosh ... be-bentar Pak, saya capek ini," ucap Gatha ngos-ngosan.
"Siapa suruh lari-lari, Gatha?"
"Enggak ada, sih, Pak. Tapi nanti Bapak ngilang kayak para cowok yang suka hilang tanpa kabar itu. Kan, kasian ceweknya."
"Cowok kamu pernah hilang tanpa kabar?" tanya Pak Bagus lagi.
"Enggak, Pak. Saya, kan, enggak punya cowok," jawab Gatha dengan sedih.
"Ya sudah, cari cowok dulu sana."
"Siap laksanakan, Pak Bagus yang makin hari makin bagus. Tapi saya heran, nih, Pak."
"Heran apa?"
"Kok pembicaraan kita jadi ke situ, ya, Pak?" tanya Gatha bingung.
"Iya juga ya. Memangnya kamu tadi mau ngapain?" Pak Bagus baru menyadari pembicaraan mereka yang melenceng jauh.
Gatha menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. "Saya mau ngapain, ya, Pak?"
"Lah, kok malah nanya saya?" Pak Bagus heran sendiri dengan siswinya yang satu ini. Masih pagi sudah membuatnya pusing dengan kelakuan ajaibnya.
"Saya lupa, Pak. Bentar, saya ingat-ingat dulu."
"Cepat!" titah Pak Bagus.
"Eum ... Bapak guru apa, ya?"
"Ilmu Pengetahuan Sosial, Gatha," jawab Pak Bagus masih berusaha sabar.
Gatha menjentikkan jarinya. "Nah itu dia, Pak. Saya mau kumpul tugas IPS yang kemarin. Maaf, ya, Pak, saya telat."
Pak Bagus menepuk jidatnya. "Kan, bisa di ruang guru kumpulnya, Gatha. Kalau kayak gini, yang ada saya yang telat," ucap Pak Bagus kesal.
"Hehe ... maaf, Pak, takutnya lupa lagi nanti. Jadi, mumpung ngeliat Bapak dan ingat, ya udah deh, langsung aja saya kumpul," tutur Gatha sembari tersenyum dengan menampakkan sederetan gigi putihnya.
"Ya udah, saya mau masuk dulu, jangan tahan saya lagi."
"Idih, siapa juga yang mau tahan Bapak?"
Setelah itu, Pak Bagus masuk ke dalam. Gatha membalikkan badannya ke belakang dan melihat Alan sudah rebah yang Gatha yakin karena tertabrak sebuah mobil merah yang berada di dekatnya. Dengan emosi yang memuncak, Gatha menghampiri Alan dan mobil tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA (END)
Teen FictionDipertemukan sejak bayi dan tumbuh bersama, membuat keduanya sangat dekat dan terikat pertemanan yang sangat erat. *** Karena Bara gue bisa tersenyum juga tertawa karena bahagia. Karena Bara juga gue bisa menangis sedih karena terluka. -Agatha Rhea...