Pintu dengan nomor 108 di hadapan Gatha sekarang. Setelah perdebatan yang cukup lama antara Bara dan Rico tadi, akhirnya Gatha memilih Rico karena ini urusan pekerjaan. Untungnya Bara bisa mengalah dan pulang dengan Rhea, sedangkan Alan ditinggal di sekolah.
"Ulang tahun lo kapan?" tanya Rico tiba-tiba membuat Gatha mengerutkan keningnya heran.
"Buat apa?"
"Udah, sebutin aja, ingat gue bos lo sekarang, jadi lo harus turutin semua perkataan gue," ucap Rico.
Gatha berdecak sebal. "Dua puluh April," jawab Gatha malas.
Dengan lincah tangan Rico bergerak mengotak-atik password-nya, menggantinya dengan angka yang disebut Gatha barusan.
Gatha yang melihat apa yang dilakukan Rico sedari tadi pun mengernyit heran. "Kenapa password-nya jadi ulang tahun gue?"
"Itu berarti lo spesial buat gue." Pintu pun terbuka, Rico langsung menggenggam tangan Gatha dan membawanya masuk.
"Lo kira gue nasi goreng apa?" kesal Gatha.
"Selain galak, ternyata lo enggak peka juga, ya, orangnya?" sarkas Rico.
Gatha tidak terlalu mendengarkan omongan Rico. Perhatiannya kini terfokus pada isi apartemen cowok basket itu yang sudah seperti kapal pecah. Gatha yakin, pasti Rico hanya membersihkannya dua tahun sekali atau bahkan sekali setahun saja."
"Lo jorok banget, ya, jadi orang? Oh, ya, gue lupa, lo 'kan buaya, bukan orang," tukas Gatha.
Rico berjalan ke arah sofa dan duduk di atasnya. "Gue bukan jorok, cuma sengaja aja tadi malam gue berantakin semua biar lo ada kerjaan."
"Alasan, lo." Gatha masih mengelilingi apartemen Rico yang sangat kotor. Sesekali ia melihat foto yang terpajang di ruang tamu.
"Tugas lo bersihin seluruh ruangan di apartemen gue ini sampai bersih tanpa setitik noda pun tersisa dan itu selama seminggu dengan gaji sesuai uang yang hilang itu," jelas Rico.
Sebenarnya jika tidak dalam keadaan mendesak seperti ini, Gatha sangat malas bekerja di sini. Tapi apa boleh buat? Ia tidak ada pilihan lain.
"Okey," jawab Gatha.
"Eum ... Ric, maaf kalau gue lancang, ya, gue mau nanya, dari tadi kok gue enggak ada liat foto nyokap lo, ya? Yang ada cuma bokap lo dan lo doang," tanya Gatha hati-hati. Ia sebenarnya tidak ingin ikut campur, tapi jiwa penasarannya meronta-ronta ingin tahu.
"Enggak tau juga gue, udah mati mungkin," sarkas Rico.
Gatha refleks mengambil bantal dan melemparnya ke arah Rico saat mendengar jawaban cowok itu. Gatha menyadari perubahan wajah Rico saat ia menanyakan itu, seperti tersembunyi kesedihan di sana. Gatha bisa merasakan itu, karena ia juga mengalami hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA (END)
Teen FictionDipertemukan sejak bayi dan tumbuh bersama, membuat keduanya sangat dekat dan terikat pertemanan yang sangat erat. *** Karena Bara gue bisa tersenyum juga tertawa karena bahagia. Karena Bara juga gue bisa menangis sedih karena terluka. -Agatha Rhea...