Ojol yang membawa Gatha menghentikan motornya mendadak, saat tiba-tiba ada seorang gadis berlari di hadapannya. Hampir saja mereka menabraknya.
Gadis itu tanpa menoleh menatap mereka, ia langsung berlari kembali. Sangat terburu-buru sepertinya.
Gatha melongo melihat itu, ia mengelus dadanya sabar, padahal gadis itu yang salah karena berlari-lari, tetapi malah langsung pergi tanpa meminta maaf.
Di sepanjang jalan menuju sekolah, Gatha sedikit cemas. Apa yang akan terjadi hari ini? Itulah yang Gatha pikirkan. Ia yakin itu bukan pesan biasa oleh orang iseng, dan Gatha juga yakin ini masih ada sangkut pautnya sama surat yang waktu itu dia terima.
Tanpa terasa, tukang ojol tersebut sudah sampai di depan gerbang sekolah. Setelah turun dan membayar ongkosnya, Gatha berjalan masuk hendak ke kelas sambil merapikan sedikit kunciran ekor kudanya.
Ia lagi malas untuk ikut Maisha naik mobil, jadi Gatha lebih memilih memesan ojol, itu juga agar lebih cepat sampai ke sekolah.
Awalnya Gatha tidak merasa, tetapi makin menyusuri koridor, bisikan-bisikan itu semakin jelas masuk ke gendang telinganya.
"Eh, anak haram datang tuh."
"Pantas aja kasar, kekurangan kasih sayang ternyata."
"Hati-hati, nanti cowok kita direbut!"
"Iya, ya, nyokapnya aja pelakor, pasti anaknya nanti juga gitu!"
"Dasar anak jalang!"
Gatha tidak tahan lagi mendengarnya, rasanya telinganya panas seketika. Mengepalkan kedua tangannya kuat, Gatha menghampiri dua siswi yang berkata seperti itu.
Gatha menarik kerah salah satu siswi tersebut. "Jangan pernah ngehina bunda gue! Mulut sampah lo enggak pantas buat itu!"
Siswi itu menatap Gatha sinis. "Emang bener 'kan? Lo itu anaknya pelakor, yang lahir diluar nikah!" Ia mendorong Gatha sampai membuatnya mundur dua langkah.
Gatha mendadak diam. Ia menatap sekelilingnya yang juga sedang menatapnya dengan pandangan yang bermacam-macam.
Rahasia yang selama ini ditutupnya dan tidak pernah ingin dibukanya akhirnya terbuka sendiri hari ini.
Apa ini maksud kejutan itu?
Gatha kembali mundur. Rasanya suara para siswa berdengung di telinganya, hinaan dan cacian mendominasi. Menutup kedua telinganya, Gatha beranjak pergi dari koridor yang semakin ramai dan seakan mengerumuninya itu.
Kenapa semuanya bisa tau? Siapa dalang dibalik semua ini?
Pertanyaan-pertanyaan yang Gatha tidak tahu jawabannya itu kembali muncul di pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA (END)
Teen FictionDipertemukan sejak bayi dan tumbuh bersama, membuat keduanya sangat dekat dan terikat pertemanan yang sangat erat. *** Karena Bara gue bisa tersenyum juga tertawa karena bahagia. Karena Bara juga gue bisa menangis sedih karena terluka. -Agatha Rhea...