39. Compliant

382 74 90
                                    

Satu bulan kemudian.

Seungsik sedang bersama dengan seojun dikamarnya, jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Seojun sudah terlelap, sedangkan seungsik belum bisa memejamkan matanya.

Sudah sebulan berlalu, seungsik keluar dari rumah seungwoo. Seungwoo tidak pernah lupa untuk mememui seojun, tapi berbeda dengan seungsik. Dia sedikit menjaga jarak dengan seungwoo, beberapa kali seungwoo mengajak seojun jalan-jalan, dan mereka pergi tanpa seungsik.

Bukan tanpa alasan seungsik melakukan itu, dia hanya sedang menjaga hatinya. Seungsik sudah memilih untuk tetap menikah dengan chan, dan dia tidak mau perasaannya kembali menjadi bimbang. Padahal sesungguhnya jauh dari lubuk hati yang paling dalam, seungwoo masih memiliki tempat yang tertata dihati seungsik.

Seungsik mengusap lembut kepala seojun, dia menatap wajah terlelap putranya. Saat menatap seojun, seungsik melihat sosok seungwoo disana. Karna pada dasarnya, seojun memang memiliki wajah yang sangat mirip dengan seungwoo.

Perlahan seungsik bangun dari tidurannya, dia melangkahkan kakinya keluar kamar. Seungsik berjalan menuju halaman rumahnya, dia terduduk disana, sambil menatap langit yang sudah menggelap. Seungsik memegang cincin yang melingkar dijarinya, cincin yang diberikan oleh chan.

Seminggu lagi, seungsik akan resmi menjadi istri chan. Segala keperluan pernikahan mereka sudah siap, bahkan undanganpun sudah disebar.

"Kamu yang sudah memilih ini sik, ini pilihanmu."
Gumam seungsik sambil menatap cincin dijari manisnya.

..
..
..

Chan memasuki ruangannya, dia baru saja selesai mengunjungi beberapa pasiennya. Chan melepas snelinya, menggantungnya dibangku, kemudian dia duduk disana.

Chan perlahan menatap meja lain yang berada diruangan itu, meja milik byungchan yang saat ini sudah kosong. Sejak kejadian dengan chan tempo hari, byungchan tidak pernah kembali kerumah sakit. Hari itu, adalah hari terakhir pertemuannya dengan byungchan.

Chan menyandarkan kepalanya dibangku miliknya, dia memijat pelan pangkal hidungnya. Entah apa yang dia rasakan saat ini, ada perasaan bersalah tetapi ada juga perasaan lega. Dia merasa bersalah akan sikapnya pada byungchan tempo hari, tapi dia lega karna tak akan ada yang tau perihal dirinya dan byungchan, terlebih lagi seungsik.

Dia berfikir, biarkan kali ini dia menjadi egois. Karna seungsik, adalah prioritasnya. Semua rencana pernikahannya tidak boleh gagal, cukup seungwoo yang sempat menjadi penghalang untukya. Dan jangan sampai ada lagi penghalang setelah ini, termasuk byungchan. Chan sempat meragukan ucapan byungchan, tetapi ternyata byungchan benar-benar membuktikan ucapannya.

"Semuanya untuk kamu sik, aku cuma mau kamu jadi milik aku."
Ucap chan sambil menatap langir-langit ruangannya.

"Jika memang aku berdosa, biarkan dosa itu aku yang tanggung sendiri. Aku cuma mau kamu dihidup aku, aku gak mau perjuangan panjang aku sia-sia. Kamu harus jadi milik aku sik, harus."
Lanjut chan, kemudian dia memejamkan matanya.

..
..
..

"Mama."
Seojun berjalan mendekat kearah seungsik, kemudian dia memeluk kaki seungsik.

"Ada apa sayang?, seojun mau apa?."
Tanya seungsik, kemudian dia membawa seojun kegendongannya.

"Mama, kenapa papa lama sekali pulangnya?. Katanya papa mau telfon aku semalam, tapi kenapa papa tidak jadi telfon aku?."
Ucap seojun sambil menyandarkan kepalanya dipundak seungsik.

"Mungkin papa masih banyak pekerjaan diseoul sayang, jadi papa belum sempat telfon seojun. Coba nanti kita yang telfon papa ya."
Jawab seungsik, sambil mengusap lembut punggung seojun.

CHANCE || COMPLETE  ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang