40. Option

364 71 63
                                    

Disebuah ruangan terlihat byungchan yang sedang menatap sendu keluar jendela, sambil sesekali dia mengusap perutnya yang masih rata. Byungchan baru saja siuman, setelah hampir satu jam lamanya dia tak sadarkan diri tadi. Beruntung seungwoo cepat datang, dan langsung membawa byungchan kerumah sakit.

Selang beberapa menit berlalu, mama choi masuk kedalam ruang rawat byungchan. Dia mendekat kearah byungchan, dan mengusap lembut kepala anak semata wayangnya itu.

"Ada apa?, ada yang sakit hmm?. Biar mama panggilkan dokter."
Tanya mama choi pada byungchan, tapi hanya dijawab gelengan kepala oleh byungchan.

Mama choi duduk disamping ranjang byungchan, kemudian dia menggenggam tangan anak kesayangannya.

"Terus kamu kenapa?, mau minum?, atau mau makan?. Biar mama ambilkan."
Lanjut mama choi bertanya.

"Mama kenapa biarin kak seungwoo pergi kesana?."
Tanya byungchan, tanpa menoleh kearah ibunya. Dia masih tetap menatap keluar jendela.

"Sayang, mama gabisa sembunyiin ini terus menerus. Anak kamu butuh ayahnya nak, cucu mama butuh ayahnya."
Jawab mama choi, sambil mengusap lembut kepala byungchan.

"Aku bisa rawat dia sendirian ma, aku bisa urus anak aku, walau tanpa ayahnya. Dia gak akan jadi anak yang lemah, hanya karna tidak punya ayah."
Ucap byungchan, dan tak terasa air mata menetes dari ujung matanya.

"Sayang. Saat ini, kamu memang bisa berkata seperti itu. Tapi nanti, disaat dia sudah besar, disaat dia sudah mengerti, dia pasti akan menayakan sosok ayahnya nak. Suatu saat dia akan mencari siapa ayahnya, apa kamu tega jika sampai dia tidak tau siapa ayahnya?."
Ucap mama choi, sambil menatap byungchan.

"Byungchan, dengar mama. Sudah cukup penyesalan terjadi pada seungwoo, dimana dia tidak bisa berasama putranya, dia tidak tau bahwa putranya ada. Jangan sampai ini terjadi pada kamu juga, jangan sampai ini terjadi pada cucu mama juga. Dia, anak kamu, cucu mama dan papa, butuh sosok ayah."
Lanjut mama choi.

"Dia gak akan nerima kehadiran anak aku ma, dia gak akan nerima anak aku. Hiks."
Ucap byungchan, tangisnya pecah begitu saja.

Jujur byungchan juga ingin anaknya memiliki ayah, dia ingin membesarkan anak mereka bersama. Dia ingin chan mengetahui bahwa ada anak mereka yang sedang tumbuh diperutnya sekarang.

"Dia gak akan nerima anak aku ma, gak akan. Hiks."
Tangis byungchan semakin keras, membuat mama choi langsung memeluknya.

"Sstt. Jangan bicara seperti itu, dia pasti nerima anak ini sayang, dia pasti akan menerimanya. Kamu bilang dia orang yang baik bukan?, mama yakin dia akan menerima kehadirannya, menerima kehadiran anak kalian."
Jawab mama choi, sambil memeluk byungchan.

"Aku takut ma, aku takut. Hiks. Aku takut dia akan membenci anak aku ma, aku takut dia gak akan nerima anak aku. Hiks."

"Engga sayang, engga. Dia gak akan membenci anak ini, dia pasti akan menerima anak ini. Karna anak ini adalah anaknya, darah dagingnya. Tidak ada orang tua, yang membenci anaknya."
Ucap mama choi, sambil terus memeluk byungchan yang menangis.

"Seorang anak adalah anugrah terindah sayang, mama yakin dan percaya, kalau dia akan menerima kehadiran anak kalian."
Lanjut mama choi.

"Ma.. Hiks. Mama.. Hiks."

..
..
..

Seungsik dan chan sedang duduk berhadapan sekarang, mereka sedang berbicara empat mata. Suasana canggung terjadi diantara keduanya, seungsik masih terdiam, setelah mendengar seluruh cerita dari chan. Sungguh dia tidak menyangka ada kejadian seperti ini, apalagi pernikahan mereka berdua sudah tinggal hitungan hari.

CHANCE || COMPLETE  ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang