Jeno menutup presentasi pendapatnya di pagi ini di depan Yuta, Haesoo, dan Haechan. Ia menggulung kertas panduanya dan memukul-mukulnya ringan di telapak tangannya, menatap layar proyektor yang menampilkan koper saat ditemukan di muara sungai.
Poin-poin yang ia sampaikan memang tidak terlalu detail mengingat minimnya informasi yang mereka dapatkan. Terlebih lagi, mayat yang diduga merupakan anak seorang pengusaha itu bukan lah orang terkenal yang aktivitasnya tertutup sehingga sedikit fakta-fakta yang Jeno dapatkan.
"Ada kemungkinan mayat ini dibuang di sungai sebelum bermuara ke laut sehari sebelumnya," gumam Yuta menanggapi pendapat Jeno tentang petunjuk-petunjuk yang didapatnya.
Haesoo mengangguk menyetujui ucapan Yuta. Itu juga yang ia lihat ketika mendatangi jenazah di rumah sakit forensik. "Ya, mayatnya sudah cukup membusuk saat—"
Ucapannya terhenti ketika mendapati tatapan tajam Yuta, serta pandangan terkejut dari Jeno dan Haechan. Harusnya ia tidak membicarakan permasalahan mereka semalam.
"–saat difoto. Hehe," koreksinya yang hanya dibalas tatapan jengah dari Yuta.
Haechan terlihat mengetuk-ketukkan penanya di atas meja sementara tangan lainnya menggulir tetikus agar tampilan di layar laptopnya berubah. "Dilihat dari kesamaan semua jejaknya, bagaimana jika ternyata pembunuh itu meninggalkan pola lain? Seperti petunjuk, mungkin?"
"Petunjuk seperti apa itu?" Jeno nampak mulai tertarik dengan keseriusan Haechan. Pasalnya sangat jarang orang itu menemukan ide jenius seperti ini.
"Seperti hal-hal yang mengarah pada identitas sang pelaku. Biasanya dibuat oleh pelaku-pelaku pembunuhan untuk menggoda polisi. Kalian ingat Jack the ripper atau zodiac killer?"
Haechan bangkit berdiri, mengganti tayangan pada layar proyektor menjadi miliknya. Di sana, ia menunjukkan petunjuk-petunjuk berupa surat berbahasa inggris. "Ini surat-surat yang Jack the ripper tinggalkan di surat kabar mengenai pembunuhan yang dilakukannya."
Tampilan kemudian berubah menjadi gambar kriptogram di atas kertas usang. "Sedangkan zodiac killer menggunakan kode yang bahkan sampai sekarang belum ada yang akhir-akhir ini kembali ramai diperbincangkan."
Pria berambut ikal itu menegakkan tubuhnya, menatap satu persatu wajah timnya yang mulai menaruh atensi pada penjelasannya.
"Bisa jadi pembunuh ini mengaplikasikan cara para pembunuh berantai ini dalam mengecoh polisi. Terlebih semua tanda-tanda yang ditinggalkan itu semuanya identik, seolah menunjukkan bahwa apa yang kita selidiki adalah hal yang sama di setiap kasusnya. Pembunuh bisa menjadi inspirasi pembunuh lain, bukan?"
Jeno yang berdiri di samping Haechan mengangguk setuju. Mengambil buku kecil miliknya di meja dan menuliskan, 'Cari petunjuk yang ditinggalkan,' di sana.
"Bisa jadi. Apa kau ada kecurigaan mengenai pola itu?" tanya Yuta seraya mengusap dagunya.
Namun, Haechan sama sekali tidak menjawab. Ia terlihat sibuk memutus sambungan laptopnya dengan proyektor kemudian kembali duduk di kursinya. "Tidak, aku hanya menerka."
"Sialan!" Hampir saja Haesoo melemparkan buku-buku di depannya ke arah Haechan jika saja ia lupa keberadaan Yuta di sana.
Melihat raut wajah seisi ruangan yang berubah menjadi kesal membuat Haechan membulatkan matanya. "Apa? Apa? Tidak bolehkah aku berasumsi?"
"Asumsimu tidak akan masuk akal jika tidak ada dasarnya, Lee Haechan." Kini giliran Jeno yang angkat suara. Terlihat menjadi yang paling tenang di antara anggota lain yang terkecoh.
Yuta mengusap lehernya yang tegang hanya karena mendengarkan tipuan Haechan baru saja. "Oh, astaga aku hampir merusak integritasku dengan menghabisi anggotaku sendiri," desisnya yang walaupun pelan masih dapat didengar oleh seisi ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔
Fanfiction[Finished - Bahasa Baku] 🔞🔞🔞 Terdapat banyak kekerasan, pembunuhan, dan adegan seksual di dalamnya. Di mohon untuk bijak memilih bacaan sesuai umur dan kondisi mental. Anonymity atau anonimitas adalah keadaan tanpa nama, dimana kondisi ini dimanf...