13. PEMAKAMAN

816 128 10
                                    

Pukul 5 sore, itu berarti sudah hampir 10 jam Jaehyun tertidur pasca siumannya pagi-pagi buta tadi. Entah apa yang terjadi, tapi Jaehyun merasa kelopak matanya berat untuk ia ajak bangun. Dan baru kali ini ia akhirnya berhasil membuka matanya dan sadar sepenuhnya.

"Akhirnya bangun juga."

Kang Tae melipat korannya, bangkit berdiri dari sofa untuk mendekati Jaehyun. Pria itu terlihat begitu rapi dengan baju serba hitam. Sangat kentara bahwa ia baru saja datang dari acara pemakaman.

"Dimana Yeona?" tanya Jaehyun dengan suara serak.

"Ada di pemakaman Pak Hong. Mungkin sebentar lagi akan dilakukan upacara kremasi," jelasnya seraya menatap jam di pergelangan tangannya.

"Sial, aku harus menyusulnya."

Tubuh Jaehyun yang hampir bangun itu kembali jatuh ketika Kang Tae mendorongnya pelan. Kedua pria berbeda generasi itu saling menatap tajam.

"Tidak perlu, sudah ada Jaemin. Lagipula ada banyak orang di sana. Tidak mungkin ia celaka." Kang Tae melipat kedua tangannya di depan dada, khas seorang ayah yang sedang memarahi putranya yang nakal.

Jaehyun berdecih keras. "Pasti kau yang membuatku tidur lama, 'kan?" tuduhnya seraya mengusap keningnya yang terasa begitu berat. Ia yakin pasti ada yang membiusnya sebelum ia jatuh tertidur lama.

Kekehan terdengar dari mulut Kang Tae. Ia mengeluarkan suntikan yang ia balut dengan sapu tangan dari balik saku mantelnya kemudian memperlihatkannya pada Jaehyun. "Yeona juga setuju agar kau istirahat sementara aku menemanimu," ujarnya ringan seraya menggoyangkan suntikannya.

Bola mata Jaehyun bergulir jengah. Sudah ia duga sebelumnya. Tapi, yang berbeda dengan Kang Tae kali ini adalah pria itu lebih ikut campur daripada di kasus-kasus sebelumnya. Seolah ia tidak percaya bahwa Jaehyun mampu menyelesaikannya sendiri.

"Kau juga bertemu dengan Yeona?"

"Kenapa terlihat kesal? Anakku sudah mulai menyukai kliennya?" godanya seraya menyimpan kembali jarum suntiknya ke dalam mantelnya.

Tangan Jaehyun mengepal kuat. Ia bisa saja menonjok Kang Tae sekarang juga karena terus berkelit tidak jelas. "Berhenti omong kosong. Kau juga bukan ayahku."

Kang Tae menghela napas. Mendudukkan dirinya di pinggir brangkar seraya menatap serius Jaehyun. "Well, Jaehyun. Hentikan perasaanmu pada Yeona. Rasa cintamu itu mungkin akan membuatmu lengah. Kau bisa gagal untuk yang pertama dan terakhir."

Rahang Jaehyun mengeras. Ia baru saja akan bangkit sebelum kemudian Kang Tae menekan luka jahitannya dengan cukup keras agar ia kembali berbaring. "Aarkh! Sakit tolol!"

"Ingat kau juga harus pergi ke Amerika setelah kasus ini selesai. Kau bukan lagi Jung Jaehyun setelah kasus selesai. Kau juga tidak memiliki hak untuk berhubungan dengan mantan klienmu."

Jaehyun mendorong kasar Kang Tae agar menjauh dari tubuhnya. "Jika kau datang hanya untuk memperingatkanku seperti ini, enyah lah. Aku tahu apa yang aku lakukan," erangnya seraya menyahut ponselnya yang tergeletak di samping bantalnya.

"Berhati-hati lah. Kau sudah mulai diawasi."

Tangan Jaehyun mengibas pelan, mengisyaratkan pria itu untuk menjauh dan diam. Lagipula tanpa Kang Tae beri tahu, ia tahu apa yang harus ia lakukan. Dengan cepat, ia menekan kontak Yeona dan menghubunginya.

"Yeona?" Raut wajahnya yang semula datar berubah drastis ketika nada sambung berhenti.

"Jaehyun, kau sudah sadar?" Suara lembut itu mengalun di telinga Jaehyun, membuat pria itu sejenak melupakan keberadaan Kang Tae yang kembali menyibukkam diri dengan korannya.

ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang