2. 11. PISAH

524 80 6
                                    

Jovè menatap datar ke arah Jung Taewon yang memperlihatkan rekaman suara teriakan Yeona di hadapannya. See? Ia tahu ini jebakan yang sangat konyol. Tapi, hal itu sama sekali tidak membuat niatannya untuk mencabut nyawa Taewon saat ini. Oh, ayolah, kenapa hukum tidak memperbolehkannya membunuh binatang melata seperti Jung Taewon?

Tapi yang namanya ular tentu licik dan penuh taktik. Melihat Jovè tidak banyak bereaksi, Jung Taewon memperlihatkan rekaman CCTV yang berlatarkan ruang rapat. Di sana terlihat Yeona yang duduk di kursi, berusaha menghindar dari Sungchan yang terus mendekatinya.

Jovè membuang wajahnya ke atas seraya mendengus. Sepertinya langit-langit kamar hotel bintang lima yang Jung Taewon lebih menarik daripada tayangan yang tengah terputar di hadapannya itu.

"Masih berani menyangkal? Yeona memang jalang. Kau tidak salah mencintainya, Jovè, karena semua orang juga melakukan hal yang sama," ujar Jung Taewon dengan senyuman liciknya.

Jovè menggeleng kecil, menatap sedih ke arah Jung Taewon yang tak pernah berhasil meyakinkan dirinya. "Aku percaya dengannya. Jadi, enyah lah. Hal itu tidak membuat pikiranku berubah."

"Oh, benar kah?"

Jung Taewon kemudian mengganti tampilan layar laptopnya dengan video rekaman yang berbeda. Di situ terlihat Sungchan yang setengah menindih tubuh Yeona. Di sana Yeona tak tampak tengah menghindar, namun kentara sekali ia tengah ketakutan setengah mati.

"Ah, tubuhmu sangat hangat dan cocok untuk koleksi musim panasku."

Kedua mata Jovè tertutup erat, rahangnya menguat. Siapa pun Sungchan, ia sudah mengukir namanya di daftar nama yang ingin ia habisi.

"Kau menjebaknya? Kini giliranku." Pria berlesung pipi itu menendang laptop yang ada di meja hingga menimbulkan suara yang memekakkan telinga.

Pria itu menaiki meja rendah yang semula digunakan untuk mereka menonton rekaman CCTV biadab itu. Ia berjongkok di hadapan Jung Taewon, mengangkat tiga jemari tangan kanannya di depan wajah pria yang lebih tua darinya. "Penggusuran sepihak, pelanggaran hak asasi manusia, dan pembunuhan demi pembangunan gedung baru. Bagaimana menurutmu?"

Jovène tertawa keras melihat wajah datar Jung Taewon. Ia menepuk-nepuk kecil pipi Jung Taewon tanpa memikirkan sopan santun.

"Ah, pasti itu menurutmu hal yang lumrah, ya? Kalian membuatku semakin percaya dengan pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Dengar, Jung. Aku membawa kartu as. Kapan pun aku mau aku bisa menjatuhkanmu. Jadi, bertobatlah dan jadi lah orang yang baik."

Ia turun dari meja dengan lompatan kecil. Mengacungkan jari tengahnya sebelum kemudian melengos pergi.

Tidak. Jovè belum puas setelah membungkam Jung Taewon. Ia masih punya urusan dengan orang bernama Jung Sungchan yang berani membuat gadisnya menangis dan tersudut. Belum lagi tangan kotornya yang menyentuh tubuh Yeona— ia ingin memenggalnya.

Itu adalah yang ia pikirkan sebelum kemudian pandangannya menjadi buram. Pukulan keras di belakang kepalanya membuat keseimbangannya hilang, begitu pula dengan kesadarannya.

Hingga ia harus merelakan sebentar angannya yang terdengar cukup keji.














***
















Entah berapa jam Jovè tak sadarkan diri. Yang pasti saat kesadarannya kembali, ia hanya bisa merasakan pusing di kepala belakangnya. Ia meringis kecil, lebih kepada merutuki dirinya yang bisa lengah dari ular licik itu.

ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang