7. TERTIPU

1.1K 155 13
                                    

Tidak ada yang melebihi kebahagiaan Jeno pagi ini. Setelah kemarin mendapatkan panggilan dari supir taksi yang membawa korban sebelum ditemukan mati, ia dan Yuta yakin akan banyak bukti-bukti lain tentang pembunuh koper biru yang ikut terungkap layaknya domino.

Ia menyapa polisi-polisi dengan riang. Memasuki ruang rapat dengan sumringah seraya berseru, "Kabar gembira!"

Yuta yang sedari tadi tengah memainkan ponselnya mendongak. Ia tersenyum kecil melihat kebahagiaan Jeno yang juga tengah ia rasakan.

"Lee Jeno!" Haesoo menjebik sedih saat mendapati pria berahang tegas itu akhirnya datamg dan duduk di sampingnya. "Lain kali aku bersamamu saja. Bekerja bersama Haechan hanya membuang waktu," keluhnya kemudian menatap tajam Lee Haechan yang sibuk dengan permainannya.

"Hey, setidaknya kita bisa bertemu dengan kekasih korban!" tampik Haechan tak terima yang hanya dibalas dengan juluran lidah dari Haesoo serta kekehan Jeno.

Yuta yang sedari tadi diam hanya menghela napas. Baru pagi tadi ia mengingatkan Haesoo untuk tidak memulai pertengkaran, namun nampaknya itu hanya angan saja. Haesoo dan Haechan bahkan lebih aneh dari hubungannya sendiri dengan Haesoo.

"Pagi ini Mark juga akan datang untuk menyampaikan laporan forensik. Jika kita bisa menyimpulkan lebih cepat, kita bisa langsung mengumumkan hasilnya ke publik," ujarnya, menghentikan adu pandang antara Haesoo dan Haechan.

Ucapan serius Yuta lantas membuat ketiga detektif itu menegakkan badan. Menatap lurus ke arah Yuta yang bersiap untuk memimpin koordinasi.

"Oh, ya. Kabar gembira apa yang kau bawa, Jeno?" tanya Haechan.

Jeno melirik ke arah Yuta. Tersenyum saat mendapati anggukan ringan dari Yuta.

"Aku dan Yuta Hyung kemarin menemui supir taksi yang membawa korban dari rumah kekasihnya ke sebuah bangunan kosong malam sebelum mayat korban ditemukan. Kemungkinan di sana ia bertemu orang yang menghabisinya."

Berita itu mungkin memang bagus, tapi tidak bagi Haechan dan Haesoo. Keduanya saling bersitatap. Kali ini tidak ada lagi tatapan saling membunuh, melainkan tatapan kebingungan.

"Kabar yang bagus, bukan? Bahkan supir itu meneleponku secara sukarela agar diwawancarai," lanjut Jeno seraya menatap Haechan dan Haesoo bergantian.

"Tunggu."

Haechan menimpali Haesoo yang masih tercengang. "Kekasih korban tidak bertemu dengan korban, bahkan di malam sebelum mayat ditemukan."

"Kekasih korban ada bersama kedua orang tua korban tengah mempersiapkan kejutan ulang tahun," lanjut Haesoo melengkapi ucapan Haechan.

"Hm, Haesoo benar. Bahkan kedua orang tua korban bersaksi hal yang sama."

Ruang rapat sempat lengang dengan perbedaan informasi yang mereka dapatkan. Keempat detektif itu saling menatap, berusaha mencari siapa yang salah di antara mereka.

Yuta menggeram kecil. Perasaannya menjadi buruk. "Jeno, hubungi supir itu lagi."

Tanpa perlu menunggu titah kedua, Jeno buru-buru menelepon balik sang supir taksi. Kakinya menepuk lantai beberapa kali tanda resah. Dan suara operator di seberang sana membuatnya berdecak keras. "Sial! Nomornya tidak aktif."

Tubuh Yuta menegak. Wajahnya memerah menahan emosi. Itu artinya, kemarin ia melakukan hal yang sia-sia?

"Dia menipu kita?" Haesoo membulatkan matanya.

Haechan termenung sebentar sebelum kemudian mengangkat tangannya. Ia menatap ke arah Jeno yang tengah memijat pangkal hidungnya. "Aku tidak tahu apakah ini berhubungan atau tidak. Tapi, kemarin Han Yeona kemari untuk mencarimu. Dia bilang kalian sudah membuat janji sebelumnya."

ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang