12. SADAR

867 138 23
                                    

Kesadaran Jaehyun perlahan kembali. Kedua mata elang itu terbuka dengan gerakan pelan. Bibirnya membentuk ringisan saat merasakan perih di bagian perutnya.

Kedua mata sayunya itu menelisik ke sekitarnya. Tak perlu waktu lama baginya untuk sadar bahwa ia sedang berada di kamar inap rumah sakit sekarang.

Namun, kali ini bukan masalah dimana ia berada. Ketiadaan gadisnya membuat ia berjengit dan buru-buru bangkit. Pergerakannya yang tiba-tiba itu membuatnya mengerang keras karena rasa sakit di perutnya. Dengan posisi setengah tidur dengan lengan kanan yang menumpu, ia berteriak memanggil nama Yeona.

"Yeona! Han Yeona!"

Tidak ada siapa-siapa di ruangan itu. Membuatnya semakin bersikeras untuk bangkit dan kembali ke mansion untuk memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.

Ia kembali jatuh ke brangkar. Selang infus dan transfusi darah membuat pergerakannya serba terbatas. Terutama dengan perban di perutnya yang membuatnya harus rela terkapar di atas ranjang dengan kecemasannya.

Tangannya terangkat untuk meremas rambutnya. Ia merasa gagal menyelamatkan Yeona. Seharusnya ia tidak selemah ini.

"Oh, kau sudah sadar?"

Suara lembut itu membuat Jaehyun menoleh. Pria itu merasakan dadanya hampir jatuh ke perut melihat sosok yang ia cari tengah berdiri di depan pintu sambil menenteng tas belanjaan berisi botol air mineral.

Mata Jaehyun terus mengekor ke mana pun Yeona bergerak. Memastikan bahwa ia tidak sedang berhalusinasi saja. "Apa yang terjadi padamu? Kau baik-baik saja? Ada yang terluka?" tanyanya saat Yeona berada di sampingnya untuk memencet tombol pemanggil.

Yeona menatap Jaehyun dengan kedua alis yang terangkat. "Kenapa malah mengkhawatirkanku? Khawatirkan dirimu sendiri."

Dengan cepat Jaehyun menggenggam tangan Yeona. Meletakkannya di atas jantungnya yang memburu. "Jangan kemana-mana tanpa diriku, ya?" pintanya dengan raut wajah turun.

Kedua mata Yeona mengamati tangannya yang kini bersentuhan langsung dengan dada Jaehyun. Perlahan, ia membuka telapak tangannya, bergerak mengusap dada bidang yang terus berdenyut cepat itu.

"Memangnya siapa lagi yang harus ku percaya selain dirimu dan Jaemin saat ini?" ujarnya lemah.

"Pak Hong?"

Gadis itu menghela napas. Melihat itu, Jaehyun baru menyadari jika kedua mata indah Yeona itu kini terlihat sembab. Pasti sesuatu telah terjadi pada Pak Hong.

Suara pintu yang terbuka membuat Yeona buru-buru menarik tangannya. Ia mempersilakan dokter dan perawat memeriksa kondisi Jaehyun tanpa dirinya perlu menjawab pertanyaan sang pria. "Jangan banyak bergerak dulu," cicitnya sebelum mundur beberapa langkah.

Sepanjang pemeriksaan, Jaehyun sama sekali tidak menaruh perhatian pada dokter. Ia justru fokus pada gadis yang tengah meremas tangannya yang gemetar. Wajah cantiknya itu tertutupi oleh kabut kesedihan dan kecemasan.

Ia terus mengangguk mendengarkan pesan dokter— yang sebenarnya tidak menjadi perhatiannya. Mengalami penusukan bukan lah kali pertama di hidupnya. Bahkan ia hampir mati karena jatuh dari ketinggian dan mengalami banyak dislokasi tulang. Baginya, ini hanya luka kecil saja.

Usai memeriksa keadaan Jaehyun dan menuruti permintaannya untuk menaikkan posisi brangkar, dokter dan para perawat meninggalkan ruangan. Tentu setelah memastikan Jaehyun tidak sedang menahan sakit ketika duduk.

"Bukan kah kalimat 'khawatirkan dirimu sendiri' jauh lebih cocok untukmu? Aku baik-baik saja, tidak perlu cemas," ujar Jaehyun ketika ruangan itu hanya terisi olehnya dan Yeona. Ia terkekeh kecil melihat gadis itu berjenggit kaget. Nampaknya ia tidak sadar bahwa dokter sudah meninggalkan mereka.

ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang